Monday, March 31, 2014

Saling Keterkaitan

Name : Lili Sulaihah
Class : PBI-D 4th Semester
Class Review 7

Saling Keterkaitan
Pada pertemuan ini alhamdulillah masih bisa mengikuti mata kuliah ini. Pada petemuan ke tujuh ini membuat saya merasa gugup, entah mengapa hal ini terjadi. Namun saya berusaha untuk menghilangkan rasa gugup itu yang menghantui saya. Saat itu saya membawa lembaran kertas berupa critical review yang merupakan tugas pada pertemuan ke tujuh itu. Pertemuan ke tujuh ini, semua mahasiswa berpasangan bersama partnernya untuk salin me review hasil critical review yang telah di buat oleh masing-masing indivdu. Sedangkan Mr.Lala memeriksa hasil passport kami.

Semua mahasiswa sangat sibuk dengan tugasnya masing-masing, yaitu mengoreksi hasil critical review partnernya. Ternyata banyak sekali kesalahan-kesalahan, baik pada grammar nya, penulisannya, maupun generic structur nya. Namun semua itu membuat kami semua menjadi semangat, karena dengan mengetahui dimana titik kesalahan banyak kesempatan untuk memperbaikinya dengan lebih baik lagi.
Pertemuan ini, mengulang pada minggu kemarin perihal penting. Yaitu pertama, tugas utama seorang penulis adalah mengungkap kemungkinan-kemungkinan yang di pahaminya. Kedua, ada tingkatan penting untuk mencapai sebuah bentuk pemahaman yang baru: emulate-dicover-create. Ketiga, menulis adalah cara menciptakan kesempatan dan menyelidiki potensi-potensi yang di maksudkan. Ke empat, menulis adalah semiogenesis. Kelima, thesis statement adalah tonggak sejarah yang sangat penting sekali untuk menciptakan permulaan sebuah dialog dengan pembaca yang di inginkan.
Para penulis hidup dalam dunia yang berbeda-beda. Menulis bukan hanya sebuah meditasi, akan tetapi menulis adalah mengajarkan kepada kita untuk bersabar. Karena dalam menulis itu membutuhkan proses yang lama, dimana kita harus pelan-pelan, sedikit demi sedikit, tidak tergesa-gesa, membutuhkan kesabaran sehingga mencapai hasil yang sangat bagus, dan membuat para pembaca menjadi tergugah ketika membaca karya kita, karena dalam tulisan tersebut memiliki potensi makna yang sangat berarti. Contohnya yaitu seperti tentang Columbus, kita harus mampu menuliskan sejarahnya Columbus dari segi bagaimana sejarah keluarganya, bagaimana sejarah Columbus ketika dia kecil, jadi menulis itu bukan hanya menciptakan episentrum (pusat) dalam menulis, akan tetapi menulis itu harus mempunyai potensi makna yang bagus.
Milan Kundera berkomentar dalam (L'Art duroman , 1986): `to write,means for the poet to crush the wall behind which something that ``was always there'' hides. Maksudnya adalah  sebuah puisi yang menghancurkan dinding di belakang sesuatu yang mana selalu tersembunyikan adanya. Jadi, tugas sebuah puisi adalah tidak berbeda dari tugas sejarah, yang mana juga selalu menemukan kejadian-kejadian kemudian. Jadi, sejarah layaknya seorang puisi, yang mengungkap di setiap situasi-situasi yang baru, yaitu kemungkinan-kemungkinan manusia yang sampai sekarang tersembunyikan. Milan Kundera sendiri merupakan seorang penulis yang mengembangkan literasi lewat karya sastranya. Kebanyakan pemikirannya dalam seni dan politik merupakan objek dari literary experimentation dalam novel-novelnya.
Sejarah juga merupakan penemuan jati diri seseorang yang tak terhenti, itulah yang Mr.Lala katakan. Jadi dalam class review ini kita harus memaparkan sebuah keterkaitsn antara historian-linguistict-poet dalam sebuah literasi.
 Menurut Fowler (1996), linguistic fungsional sistemik mempunyai dua pengertian: (1) linguistik fungsional berangkat dari premis bahwa bentuk bahasa merespon fungsi-fungsi penggunaan bahasa dan (2) linguistik fungsional berangkat dari pandangan bahwa bentuk linguistic akan merespon fungsi-fungsi linguistik itu.
Critical Linguist memberikan landasan yang kokoh untuk menganalisis penggunaan bahasa yang nyata antara lain dalam politik, media massa, komunikasi multikultural, perang, iklan, dan relasi gender. Fowler sudah merumuskan sebuah analisis wacana publik, yakni sebuah analisis yang dirancang untuk: memperoleh atau menemukan ideology yang di kodekan secara implisit di belakang proposisi yang jelas (overt propositions), dan mengamati ideologi secara khusus dalam konteks pembentukan sosial (Fowler, 1996:3). 
    
             Menurut Fowler (1986:19), bahasa adalah medium efisien dalam pengodean kategori-kategori sosial. Bahasa tidak hanya menyediakan kata-kata untuk konsep-konsep tertentu, bahasa juga mengkristalisasikan dan menstabilisasikan ide-ide itu. Fowler menunjukkan bahwa struktur bahasa yang dipilih menciptakan sebuah jaring makna yang mendorong ke arah sebuah perspektif tertentu. Jaring makna itu merupakan sebuah ideologi atau teori dari penuturnya yang tentu saja bukan berupa kategori alamiah. Jaring makna lebih merupakan kategori kultural.

Sastra memiliki kaitan erat dengan aspek kesejarahan, lingkungan sosial masyarakat, dan psikologi pengarangnya. Sastra bisa memiliki hubungan timbal balik dengan bidang sejarah. Sastra bisa di kategorikan sebagai sastra yang bernuansa sejarah karena faktor cerita yang kental dengan peristiwa-peristiwa sejarah di dalamnya. Selain itu sastra juga bisa menjadi rujukan atau bahan data untuk mengetahui peristiwa sejarah. Hubungan timbal balik ini memiliki teori dan metode yang berbeda, namun tetap di jadikan bidang yang sama sebagai bahan kajian, yakni sastra dan sejarah.
Dalam analisis karya sastra dengan latrar belakang sejarah (historical background), maka pembahasan sasra dikaitkan dengan faktor sejarah yang berbeda di luar karya sastra. Salah satu teori yang bisa di gunakan adalah strukturalisme genetik, yang mana mengkaji asal usul genetik dari suatu karya. Pada saat ini yang menjadi kajian baru dan terjadi polemik didalamnya adalah mengenai membaca sejarah dari karya sastra. Para ahli sejarah tidak sepakat akan hal ini, karena teori sastra di anggap sangat jauh dari kebenaran imu.
Pendekatan new historicim tidak memisahkan karya sastra dengan pengarangnya. Juga tdak memisahkan karya sastra dengan koteks zamannya. Bagi sejarawan yang beraliran new cultural historian, yang tidak memisahka fakta dan fiksi, sangat menganggap penting setiap karya sastra yang lahir pada suatu zaman. Hal ini di sebabkan karena dengan pendekatan itu mereka bisa melihat perilaku dan perbahan budaya suatu masyarakat melalui karya sastra. 
Berdasarkan uraian mengenai kaitan antara sastra dan sejarah, maka dapat di simpulkan keduanya memilki hubungan timbal balik. Historical background menjadi pendataan dalam mengaalisis karya sastra berdasarkan aspek sejarah. Sedangkan new historicim menggunakan karya sastra sebagai salah satu sumber data untuk menemukan fakta sejarah.
Sejarah atau dunia yang diacu oleh karya sastra bukan sekedar latar belakang yang koheren dan menyatu. Sejarah itu sendiri terdiri atas berbagai teks yang mana masing-masing menyusun satu versi dengan kenyataan. Dalam perspektif new historicism, “kenyataan sejarah” tidak lagi tunggal dan absolut, tetapi terdiri atas berbagai macam versi yang penuh kontradksi, kepuusan, pluralitas, dan keragaman. Jadi, kaitan antara karya sastra dan sejarah adalah kaitan interteksual antara berbagai tes fiksi maupu fakta, yang biasanya mereka di produksi pada kurun waktu yag sama, atau pada saat yang berbeda.
Teori atau pendekatan new histricism menempatkan sastrawan pada posisi atau kedudukan terhormat. Hal ini di sebabkan karena sastrawan terlibat dalam proses perkembangan kebudayaan suatu bangsa. Sastrawan ikut mengkonstrksi budaya suatu masyaakat melalui karya sastranya. Ide atau gagasan sastrawan yang di tuangkan dalam kara sastra bisa mempengaruhi opini public. Dengan demikian disadari atau tidak, sastrawan ikut bertanggungjawab atas karya-karyanya yang menjadi konsumsi masyarakat pembaca.
Setiap sastrawan dengan segala latar belakangnya memotret dan memaknai kehidupan di sekitarnya untuk kemudian di ekspresikan melalui karya sastra. Karena itu setiap karya sastra yang di hasilkan oleh siapapun sangatah penting, terlepas dari apakah karya sastra itu termask karya sastra yang serius, atauunkarya sastra yang populer.

Jadi dapat di simpulkan bahwa sejarah lnguistik, dan karya sastra ketiganya mempunyai hubungan dalam literasi, hubungan tersbut walaupun menggunakan teori dan cara kerja yang berbeda namun tetap menggunakan bahan dasar yang sama yaitu bidang sastra, sjarah dan linguistik.
Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment