Saturday, March 1, 2014
Created By:
Liana Nurbakti
3rd Class Review
ReLa (REkayasa
LiterAsi) Bangun Masa Depan
dalam berolahraga ada beberapa tahapan yang harus
kita lakukan sebelum melakukan gerakan inti. Untuk mengawali olahraga yang
baik, harus diawali dengan pemanasan terlebih dahulu. Setelah selesai melakukan
pemanasan, baru boleh memasuki gerakan inti. Kemudian yang terakhir sebagai
gerakan penutup, diakhiri dengan gerakan pendinginan. Dengan mengikuti aturan
seperti itu, tubuh kita akan sehat dan tidak mudah terserang penyakit.
Begitupun dengan mata kuliah writing ini. Perlu
adanya pemanasan untuk mempersiapkan hal
yang akan terjadi dalam kegiatan inti writing 4 ini. Pada pertemuan ketiga,
tanggal 21 februari 2014, merupakan sebuah pemanasan. Dari awal pertemuan
sampai pertemuan ketiga ini, bahkan sampai pertemuan minggu depan, itu semua
masih pemanasan. Kelas writing 4 yang sesungguhnya (kegiatan inti) akan dimulai
pada pertemuan ke lima, yaitu pada tanggal 7 maret 2014. Maka dari itu untuk
mempersiapkan semuanya harus dilakukan pemanasan yang sangat maksimal.
Seperti biasa pada pertemuan kali ini Mr. Lala
membagi kelas kedalam 2 lingkaran besar. Sambil berkeliling memeriksa passport
mahasiswa satu per satu, Mr. Lala memberikan pertanyaan kepada setiap
mahasiswa. Sayangnya pada pertemuan kali ini, saya tidak bisa menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh Mr. Lala dengan tepat.
Lagi-lagi tentang rekayasa literasi. Sebelum
mendengarkan penjelasan dari Mr. Lala, saya berfikir bahwa rekayasa literasi
ini hanya merekayasa keterampilan membaca dan menulis. Tapi setelah mendengar
penjelasan dari Mr. Lala, saya baru mengerti tentang rekayasa literasi.
Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan
sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan
secara optimal. Ternyata rekayasa literasi itu bukan hanya merekayasa
keterampilan membaca dan menulis saja, tapi juga dari aspek budaya, bahasa,
social dan lain sebagainya.
Pak Chaedar lebih focus pada membaca dan menulis.
Menurut pak Chaedar, reader dan writer keduanya mempunyai sifat integrated,
artinya keduanya tergabung menjadi satu. Keduanya terbungkus dalam satu pack.
Tujuan diadakannya literasi yaitu untuk memperkaya,
memperbanyak dan melahirkan hal-hal yang baru agar literasi di indonesia maju
dan kualitas indonesia pun semakin membaik di kalangan public dan diri
masing-masing.
Ternyata tanpa kita sadari apa yang diterapkan
dikelas oleh Mr. Lala merupakan contoh dari rekayasa literasi, diantaranya :
1.
Read with
repetition yang tinggi
Membaca
merupakan contoh kecil dari sebuah literasi. Pada saat kegiatan dikelas, kita
tidak hanya sekedar membaca, tapi kita juga dituntut untuk menjadi pembaca yang
kritis. Oleh karena itu kita harus membaca teks berulang-ulang.
2.
Respond
Seperti yang
telah dijelaskan tadi, kita membaca tidak hanya sekedar membaca tapi kita harus
menjadi pembaca yang kritis. Artinya kita harus memberikan respond kepada teks
yang kit abaca. Baik itu kita setuju dengan pendapat penulis ataupun menolak
pendapat penulis.
3.
Rewrite
Setelah selesai
membaca kita diharuskan untuk menuliskan kembali teks yang telah kit abaca.
Bukan hanya sekedar menuliskan sama persis dengan teks yang kita baca, tapi
dalam rewrite itu harus ditambahkan dengan tanggapan-tanggapan kita.
4.
Upload
Untuk menjadi
seorang yang literat, tidak cukup jika hanya mengandalkan keterampilan membaca
dan menulis saja. Menghadapi zaman sekarang yang sudah sangat canggih, orang
yang berliterat harus bisa memiliki pengetahuan dan mengguanakan technology.
Menulis itu bukan hanya menulis dalam selembar kertas. Zaman sekarang sudah
canggih, kita harus bisa menulis di dunia maya dan mengupload tulisan kita ke
social media. Dengan begitu, semua orang dapat mengakses tulisan kita.
Keemapt metode
pengajaran diatas yang diterapkan oleh Mr. Lala merupakan contoh kecil dari
rekayasa literasi. Semoga dengan diterapkan metode pengajaran yang seperti itu,
akan mempertinggi kualitas bangsa indonesia ini dengan literasinya. Karena
dengan menerapkan metode pengajaran yang seperti itu, mahasiswa akan lebih
rajin dalam membaca dan menulis.
Perbaikan rekayasa
literasi menyangkut empat dimensi, yaitu teks, minda, growth dan sosiokultural.
Aspek pertama yang direkayasa yaitu teks. Kenapa harus teks? Karena untuk bisa
merekayasa literasi, orang harus mengerti ilmu linguistic terlebih dahulu.
Orang yang sudah mengerti ilmu linguistic tentunya dia sudah memiliki
pengalaman yang banyak dengan teks.
Teks itu terbagi
menjadi dua, yaitu :
1.
Teks fisik,
yaitu teks yang tersurat.
2.
Teks semiotic,
yaitu teks yang tersirat. Biasanya teks ini berupa ucapan atau symbol-simbol.
Setelah dari teks, baru kita menuju ke dimensi
minda. Dalam dimensi minda membutuhkan penalaran yang sangat kuat. Setelah
keduanya dipadukan, disana akan ada growth atau perkembangan yang terlihat.
Perkembangan itu menghasilkan sosioculture yang kemudian menghasilkan budaya
sebagai efek dari literasi.
Setelah selesai menjelaskan tentang rekayasa
literasi, Mr. lala mulai membuka slide nya dengan judul “3rd Match:
Exploring ‘Nothing But Literacy Engineering’”.
Dalam bukunya, Key Hyland (2006) menuliskan bahwa
‘Literacy is Something we Do’. Artinya bahwa literasi adalah segala hal yang
kita lakukan, baik itu keseharian kita, ucapan kita, tingkah laku kita atau
lain sebagainya. Hamilton (1998) juga berpendapat bahwa literacy adalah sebuah
aktifitas berinteraksi antar manusia. Hyland lebih jauh berpendapat bahwa cara
kita menggunakan bahasa menunjuk pada praktek literacy adalah pola institusi
social dan kekuatan hubungan relasi.
Dari semua pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
rekayasa litersi itu perlu dilakukan dalam rangka memperbaiki kualitas bangsa
dan kualitas diri kita sendiri. Literacy itu bukan hanya keterampilan menulis
dan membaca saja, tapi literacy mencakup semua aspek yang ada di kehidupan kita
seperti social, budaya, politik, technology, kebisaan kita sehari-hari, ucapan
kita dan lain sebagainya. Maka dari itu, untuk membangun bangsa indonesia yang
berliterasi tinggi, harus dimulai dari dalam diri kita masing-masing terlebih
dahulu. Kita harus menerapkan jiwa literat dalam diri kita masing-masing.


Subscribe to:
Post Comments (Atom)