Sunday, March 9, 2014

Menuju Ujung Jalan di Quality Writer


 

Selasa, 4 Maret 2014
Class review 4
created by: M Hilman H

Menuju Ujung Jalan di Quality Writer

Bismillah, Alhamdulillah pertemuan berikutnya bersama Mr. Lala Bumela dalam mata kuliah writing 4 ini, pada hari ini merupakan pertemuan kami yang ke 4, pada saat ini sudah mulai terasa tentang bagaimana cara membaca dan menulis yang baik. Pada pertemuan hari itu saya sedikit terlambat karena sesuia dengan kesepakatan beliau untuk pertemuan hari ini dan seterusnya masuk kuliah pukul 07.00 WIB, terlamabatnya bukan benar saya terlambat tetapi pukul 06.45, Mr. Lala dan beberapa kawan-kawan telah berada di kelas, sekana akan saya terlambat. Kenapa beliau untuk menarik awaktu 30 menit lebih cepat, beliau ingin merevolusi kampus kita, setelah sarana dan prasarana telah beres maka bagaimana mutu kualitasnya ditingkatkan lagi, termasuk memajukan jam pertamanya, juga ingin antara dosen mahasiswanya harus tahan banting, salah satu melihat than banting yaitu melalui endurance terhadap siswanya, melalui menulis dan membaca yang banyak/massive, dengan tugas pertama kita dengan menulis critical review sebanyak 2500 kata, menurut beliau tugas massive bagus untuk ketahanan kalian.

Reader -> Quality Reader –> Writer -> quality writer
Diamanakah posisi kita? Kata beliau, mungkin kami harus sadr diri dengan kemampuan kita masih dalam berproses menuju quality reader/pembaca yang berkualitas, untuk kedepannya insya Allah berusaha menuju quality writer, sedikit kata beliau tentang adanya rasa iri dari semester atas sekarang yang writing/reading gak sehabat kalian, dia menangis karena malu tak mampu seperti kita saat melihat blog kelas kita. Kata Mr. Lala jika semester ingin mengikuti Mk writing 4 pada saat ini akan sangat kerepotan, karena semester sekarang sudah star sudah jauh dahulu, persiapan untuk pertemuan yang akan datang ialah menulis ulang apa yang telah di tuis dalam critical review ke dalam bahsa inggris, standartnya dalam 30 menit mampu mengartikan 500 kata.


            Masuk kepembahasan apa yang kita tulis dalam critical review yang kemarin yakni tentang classroom discourse, ternyata bnyak mashasiswa yang hanya mengungkitkan religion harmony saja, padahal pa chaedar fokusnya pada classroom discourse, sedikit membebebrkan tentang Mr. lala jelaskan yakni:
Post, reform, content yang ajeg,sedangkan konflik agama adalah dampaknya, menurut beliau menulis itu secret atau suci, karena sangat banyak prosesnya dan benyak ritualnya, contohnya saja syarat untuk menjadi mahasiswa banyak prosedurnya, kemudian tentang wacananya itu social complicated atau tidak, bisa dilihat dari :
1.      Etnic
2.      Educations
3.      Economic
4.      Politic
5.      Character
6.      Personality
Kemudian background seseorang juga mempengaruhi ideology seseorang, akan adanya perbincangan (talk) dalam interaksi kelas melahirkan:
1.      Ideology sets of belief
2.      Values, differences -> religious harmony
Dari nilai-nilai diatas bisa menhhasilkan toleransi, percaya diri dan disiplin dan sejejnisnya, tetatpi ini tidak akan mungkin diajarkan tapi harus dicontohkan dan akan hadir dari kesadarn dari tiap masig0masing manusianya.
            Intinya ialah semua yang dibangun dalam critical review pada wacan kemarin harus dimasukan pengalamn classroom discoursenya, seperti adanya perpecahan di negeri ini beliau menanyakan, apa sih kerjanya kemenag itu? Apakah hanya duduk di kantor mengerjakan sesuatu formalitas dan kecil saja, tapi maslah yang lebih besar di lapangan tidak tersentuh, seperti bentrokan antar umat agama, bentrok antar ormas keagamaan, ajaran menyimpang, kristenisasi, rasul/nabi baru.
            Masuk pada pembahasan slide power point yakni pada hal 1, menilik dari kutipan ( Budi hermawan) menariknya ialah “berkariblah dalam sepi, sebab sepi suara hati lebih nyaring terdengar lebih jernih.” Masuk pada hal 2 yaitu isinya “orang yang berani mengajar tidak harus membayangkan bahwa kita tahu bagaimana setiap siswa mulai belajar.” (best rymnes 2008). Di halaman berikutnya adalah rangkuman pernyatan kita harus berinteraksi di kelas baik sebagai dosen/mahasiswa nikmati interaksinya, tetapi ketika berhadapan dengan situasi ketidaknyamanan kita harus berpikir jernih, kenapa ketegangan atau ketidaknyamanan ini terjadi, tapi tanyalah kejadian terjadi pada sebeblumnya?

Kesimpulannya !!!

Tetap semangat untuk berusaha menjadi quality writer walaupun kita masih terdamar bagaimana menjadi pembca yang baik, dalam wacan kemarin tentang classroom discourse harusnya yang diungkit bukan dari religion harmonynya tapi berangkat dari konsep classroom discourse, karena religion harmony merupakan akibat, kemudian banyak ilmu yang tidak mungkin diajarkan tapi harus dicontohkan seperti kedisplinan, toleransi, rasa ini akan hadir tergugah oleh dirinya yang melihat contoh.
                            


Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment