Sunday, March 16, 2014
Created By:
Nita Agustina Maulidya
Insane
Ignorance
Mistake
Text
Discourse
Context berperilaku tidak seperti text
Didalam kelaspun kita membahas tentang article
Howard Zinn tentang Columbus. Itu adalah
kegiatan kita dikelas mengetik apa yang kamu ketahui tentang Columbus, dan
dinamakan progress test. Saya akan
menuliskan hasil dari progress saya.
Genre
Writing and Tecnology
Guru mampu mengenali siswa lewat yang diberikannya setelah
tugas dipublikasikan melalui media online, seperti yang dilakukan oleh Mr.Lala
Bumela pada pembelajaran writing ini.
Beliau melihat kualitas siswanya melalui tulisan-tulisan yang di
publikasikan.
Name
: Nita Agustina Maulidya
Claas
: Pbi-d/4
Nim : 14121320251
Writing
and Conversation 4
Class
Review 5
Literasi dalam Sejarah
Pagi yang indah matahari menyambut
kita semua dengan cahaya yang terang.
Begitu indah suasana pagi ini.
Masih dengan jam yang sama tepat 06.30 kami semuap berangkat dari
kontrakan menuju kampus untuk mengikuti mata kuliah writing conversation . mungkin kita harus terbiasa berangkat pagi
setiap hari jumat. Mungkin memang kita
diajarkan kedisiplinan dari Mr.Lala Bumela.
Saya sendiri mengakui bahwa saya belum mempunyai sifat disiplin, tapi
saya berusaha untuk mempunyai sifat disiplin dan tanggung jawab.
Masih dengan hari yang sama yaitu
hari jumat, namun dengan tanggal yang berbeda yaitu “07 maret 2014”. Pertemuan kali ini mengawali kita bertemu
dibulan maret. Pertemuan yang ke-5
dengan class review yang ke-5 juga.
Dengan suasana yang sama ketika kita mengikuti mata kuliah writing and
conversation 4. Mata kuliah dimulai pada
jam 07;02, namun masih saja ada yang terlambat.
Sebelum pembahasan Mr.Lala Bumela
membicarakan bahwa selama tiga minggu ini, kita semua free untuk tidak
mengerjakan critical review, karena selama tiga minggu itu, kita harus
mempersiapkan critical review menggunakan bahasa inggris. Karena selama kita mengerjakan critical review
ini kita masih menggunakan bahasa indonesia.
Mr.Lala Bumela mengatakan jika
ingin menjadi reader yang bagus kita bisa menemukan apa yang orang lain tidak
temukan. Bukan hanya reader yang
baik, tetapi kita juga ingin menjadi penulis kyang baik, jika kita ingin menjadi seoran penulis yang bagus, kita dapat
mempresentasikan apa yang sebenarnya orang tahu. Jika kita membaca, kita tidak hanya
membaca dalam buku itu, kita pahami apa maksud tulisan itu, tanpa membaca kita tidak dapat menulis. So, jika kita tidak membaca, bagaimana kita
bisa mempunyai ilmu. Membaca dan menulis
adalah bagian dari seorang penulis.
Mr.Lala Bumela mengatakan kepada
kita semua “orang yang saya beri nilai dalam tulisannya itu pada saat
tulisannya itu mempunya ciri khas”. Contoh
nya : orang Sunda dan Orang Jawa, dengan budaya yang berbeda dan ciri dari
masakan yang berbeda. Sehingga dari perbedaan itu, muncullah sebuah ciri
khas, sama saja seperti pada tulisan.
Jika seorang penulis itu memiliki ciri khas mungkin akan lebih di
ingat. Ketika dalam tulisan itu tidak
memiliki ciri khas, mungkin tulisan itu tidak akan menarik. Pada paper yang pertama tidak ditunjukan.



Weakness
Jika
dalam tulisan kita sudah ada weakness itu adalah kesalahan pertama pada saat
penjelasan, jika dalam tulisan sudah ada Mistake itu adalah kesalahan yang
sudah dijelaskan. Ignorance adalah
kesalahan yang sudah diberi tahu namun disepelekan (bahaya), sedangkan Insane adalah kesalahan yang tidak diperdulikan atau
diabaikan. Kesalahan seperti itu harus
diperhatikan dalam tulisan kita.
Saya akan membahas tentang Classroom
Discourse. Setujukah anda jika Classroom
Discourse dapat dikatakan sebgai :
1. Classroom
is a “sacred site” artinya classroom merupakan sesuatu yang sakral. Tidak sembarang orang dapat melakukan
classroom jika mereka tidak mempunyai kriteria kriteria tertentu.
2. Classroom
is a “Complicated”
Claasroom
merupakan sesuatu yang rumit (complicated), disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
:
a. Background
Salah
satu faktor penyebab sulitnya membangun classroom discourse yaitu dikarenakan
siswa baik siswa maupun guru memiliki latar belakang yang berbeda-beda, seperti
perbedaan :
·
Etnik
·
Education
·
Ekonomi
·
Politik dll
b.
Interaction
Main point atau inti utama pada classroom
discoursen yaitu interaksi. interaksi
yang terjadi harus melibatkab participants karena tidak akan terjadi adanya
interaksi tanpa participants, juga harus ada talk. Talk inilah inti yang dibahas oleh pak
Chaedar pada artikel Clasroom Discourse to foster Religion Harmony”.
Classroom discourse merupakan
situs suci yang berisi text dan context.



3. Meaning
Making Practice
Classroom discourse
dapat dikatakan sebagai meaning making practice yang dapat terjadi karena :
a. Ideology
Clases : merupakan sets of believe kita.
b. Values
: merupakan nilai tinggi randahnya minat kita untuk belajar. Semakin kita belajar akan semakin
bagus values yang kita bangun.
Ada buku tentang “Classroom
Discourse Analysis” karya Besty Rymes.
Dalam
buku karya Besty Rymes menyebutkan bahwa seorang guru harus dapat menumbuhkan
classroom discourse untuk berbagai kalangan siswanya. Guru harus mengadakan classroom discourse
melalui interaksi (talk) dengan semula siswa tanpa melihat status sosial mereka
dan keaktifan mereka. Besty
Rymes (2008) mengatakan bahwa :
Those of us who persume to “teach” must not imagine that we know how
each student begins to learn. Dimensi
pertama dalam classroom discourse yaitu konteks sosial, dimensi ini merupakan
dasar dari adanya classroom discourse, dapat pula dikatakan sebagai Language –in-use (discourse) dan konteks
sosial masing-masing saling mempengaruhi satu sama lain dalam sebuah dialektika
hubungan. Penggunaan bahasa yang
diucapkan melalui interaksidapat mempengaruhi kontek sosial.
Mr.Lala Bumela membahas
tentang revolution dimana seoirang reader bisa berubah menjadi quality reader. Writer
bisa berubah menjadi quality writer. Ada
banyak untuk memperbaiki critical review yang kurang tersebut, yaitu
menambahkan beberapa mengenai Writing Research and
Teaching.
Menurut Hyland (2002:44)
mengatakan tentang konteks. Konteks
bukan terletak pada kata yang kita tulis dan dikirimkan pada orang lain, tapi
terbentuk melalui interaksi diantara writer dan reader dalam pemaknaan kata
kata dengan jalan yang berbeda satu sama lain saling menembak dari intention.
Menurut Vin Dijh :
context mempunyai tiga aspek yaitu:
ü Situational
Context : Dilihat dari situasi
apa yang orang lain tentang situasi disekitar mereka (problematik)
ü Background
Knowladge : Apa yang diketahui tentang
dunia aspek kehidupan satu sama lain.
ü Co-textual
contex : Apa yang telah diucapkan.
Menurut Haliday (1985) mengatakan
tentang pandangan pada context, yaitu :
§ Field
:
Apa yang terjadi interaksi sosial.
§ Tenor : Siapa yang berpartisipasi,
peran dengan participant.
§ Mode : Peran dari bahasa, apa
participant harapan,context dalam berbahasa.
Pembahas diatas tentang
yang ada di slide “Key Issues in Writing Research
and Teaching”
Ø The
following are number of key issues which dominate Current Understanding of Writing:
(Explore
more in the class review)
1.
Context
2.
Literacy
3.
Culture
4.
Tecnology
5.
Genre
6.
Identity
Setelah kita membahas pada
bagian pertama, selanjutnya kita membahas bagian yang kedua “Literacy”
v Keaksaraan
:Tindakan
v Melek : Literasi
v Menurut
Scribner dan Cole ()1981:236)mengatakan : literasi tidak hanya membaca dan
menulis naskah tertentu tetapi menerapkan baca dan tulis itu untuk tujuan
tertentu dalam konteks tertentu.
Tulisan itu bukan hanya sebagai ketrampilan abstrak
saja tetapi tulisan adalah sebagai prakterk sosial. Dalam konteks traditional school melihat
bahwa literasi sebagai psikologi dan textual yaitu sesuatu yang dapat dinilai.
Literasi adalah ketrampilan
yang bebas nilai yang memanipulasi alaqt tulis dan dipelajari melalui
pendidikan formal.
Konsep
pandangan tindakan sosial
1. Literasi
adalah kegiatan sosial.
2. Setiap
orang memiliki kemahiran yang berbeda.
3. Tindakan
masyarakat terletak dalam hubungan sosial yang lebih luas.
4. Literasi
didasarkan pada simbol.
5. Sikap
dan nilai-nilai yang berkaitan dengan tindakan komunikasi.
6. Sejarah
kehidupan kita, bagaimana kita belajar dan literasi. Contoh nya pada Columbus :
Sejarah
Christoper Columbus
Columbus atau Christoper
Columbus tokoh yang selalu disebut – sebut sebagai penemu Amerika. Nah, kini saatnyalah kita meluruskan sejarah
yang ada, dan semoga dengan pengetahuan ini, kita bisa mengetahui yang
sebenarnya. Ada banyak kebohongan yang
sangat mencengangkan ketika para penulis dan peneliti sejarah menguak srjarah
Christoper Colombus. Rasa penasaran ini
berdasar pada kenyataan, bahwa setiap tahun ada satu hari khusus “Columbus Day”
sebagai peringatan atas jasanya sebagai penemu Amerika. Benarkah?
Diindonesia memang tidak
secara langsung terkena dampaknya, namun pemahan yang diterima dalam ranah
pendidikan formal- beberapa hebatnya columbus, tentu akan mengaburkan
kebenarannya.
1.
Tahukah kamu apa
alasan sebenarnya Columbus pergi berlayar?
Saat
akhirnya columbus mendarat pertama kali dibenua Amerika, ia mengira inilah
tanah India. Saat itu para penduduk asli
menyambut Columbus dengan gembira.
2.
Jurnal Columbus
Dalam catatan hariannya,
Columbus mengakui, bahwa saat ia tiba di Hindia (ia saat itu maasih percaya
telah menemukan India, bukan Amerika), ia menyiksa penduduk pribumi,
menggantung, mencambuknya, hanya demi satu informasi penting: “Diamana ada
emas?”

Setelah kita membahas
tentang Columbus, kembali kepada key isuue point ketiga “Culture” budaya memainkan
peran yang penting dalam perkembangan literasi seperti yang dikatakan Lantof
“Budaya secara dipahami sebagai historis transmisikan dan jaringan sistematis
makna yang memungkinkan kita untuk memahami, mengembangkan mengkomunikasikan
pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia (Lantof :1999)
Hal ini sebagaian karena
nilai-nilai budaya kita tercermin dalam dan d.ilakukan melalui bahasa. Tapi juga budaya diambil dengan cara tertentu
untuk mengorganisir persepsi dan harapan, yang kita gunakan untuk berkomunikasi
dan belajar secara tertulis.

Conor pada retorika kontraktif
(conor
1996:5) “bidang konstraktif retorika dari guru bahasa untuk membuat retorika
dalam menulis dan menanyakan fitur suasana berbeda, antara pengguna bahasa dan
pengaruh bahasa terhadap penulis. Ide
dasarnya adalah siswa menulis tentang prasangka tertentu yang mereka pelajari
dalam budaya mereka sendiri dan tidak sesuai dengan bahasa inggris asli.
Menurut Ken Hyland Teaching and
Research Writing ang Genre.
Sebagai
komunikatif tindakan yang berarti untuk kegiatan partisipasi dalam acara
sosial, seolah berdiskusi untuk menghadapi dengan aliran mereka sendiri. Aliran hal penting dalam bahasa pendidikan.
3
pendekatan untuk aliran (Hyon, 1996: Johns,2002)
Sistem
pandangan fungsional aliran dilihat sebagai sebuah stadium tujuan proses sosial
(Martin th 1992)
1. Australia
bekerja dalam tradisi fungsional bidang linguistik
2. Mengajar
bahasa inggris dengan tujuan tertentu.
3. Jatuhnya
conteks (yang baru dikembangkan dalam study retorika Amerika)

Untuk menjadi orang yang
berliterat harus menguasai teknology harus memiliki kontol atas media cetak dan
elektronik. Teknologi memiliki dampak
yang besar dalam cara kita menulis.
Genre yang kita buat, identitas pengarang
Efek
tecnology pada writing
v Ubah
menciptakan, mengedit, koreksi ataupun menformat.
v Kombinasikan
teks tertulis dengan media visual dan audio.
v Mengakses
dan mempublikasikan
v Memperluas
dan memberikan peluang untuk mencapai pembaca.
v Nenfasilitasi
masuk ke komunitas wacana online.
Menurut Kress dan Van Leeuwen (2006)
“draw
attention to consquent shifts in authority in changes in the ways we read, and
shifts in forms of engagement with the world”.

Identity
Menulis dan identitas.
Identitas
cara seseorang menampilkan siapa mereka kepada orang lain(Benwell dan Stokoe,
2006:6) identitas juga dipandang sebagai
consttructed(sesuatu yang dibangun oleh kedua teks yang saling berkaitan
(keterkaitan antara penulis da teks yang ditulisnya). Dari hubungan itulah terjadi pergerakan atau
perkembangan dan yang tadinya identitas pribadi menjadi bertgerak ketanah
publik.
Pengertian identitas itu sendiri
dalam lingkup ini (writing) adalah bukan sesuatu yang kita memiliki lakukan
(identity is some thing we do not something we have). Menurut pemahaman perangkum, jika ditelaah
lebih jauh identity itu sama dengan voice, yang bisa muncul dari diri kita
sendiri, sepertiyang Bloemmaert (2005) amati, bahwa bagaimana pun identitas
kita hanya akan sukses atau berhasil jika diakui orang lain, dan ini berarti
bahwa employing, apporoacting and transforming (mentrasisfer wacana yang ada)
yang kita hadapi (Bakhtin 1986).
Identitas
menurut Ivanic:
1. Autografi
adalah yang dibawa penulis sebagai sebuah kegiatan dalam penulis.
2. Wacana
pribadi adalah pengaruh penulis yang secara sadar disampaikan oleh mereka
didalam teks.
3. Pengarang
menunjukan dirinya dalam tingkat kepengarangan yang ditulis (Ivanic, 1998).
Selanjutnya slide terakhir,
tentang Bakhtin menganggap bahwa interextualitu adalah wacana yang selalu
terkait dengan wacana lain melalui perubahan titik waktu. Interextuality
menghubungkan teks dengan pengguna (pembaca) untuk menemukan makna dari teks
tersebut nantinya makna itu diharapkan bisa dikenali oleh pembaca
lain(Hyland,2009:33).
Lehtonen dalam bukunya (2000:126)
Interextuality ialah pengetahuan yang mengarahkan pembaca untuk menggunakan
teks dengan cara tertentu agar lebih mudah membaca beberapa makna didalam teks
yang sedang ia gunakan.
Kesimpulannya adalah tentang menulis
adalah bagian kehidupan dari suatu insan manusia. Sejatinya menulis adalah suatu hal yang
dilakukan secara berkelanjutan agar tulisan kita semakin berkualitas. Menulis dipahami melalui beberapa cara ada
yang melalui konteks, literasi,budaya,teknologi,genre dan identitas yang
berkaitan.
Hanya ini yang bisa aku tulis dan
sampaikan pada class review ke-5. Mr.Lala Bumela mengajarkan kita semua
disiplin. Tetap semangat dalam
berliterasi, literasi juga bersangkutan dengan sejarah.


Subscribe to:
Post Comments (Atom)