Thursday, March 6, 2014
Created By:
Devi Risnawati
Buku
adalah jendela dunia. Jendela yang bisa
diakses oleh siapapun dan dimanapun, yang sangat berperan penting dalam
mensejarahkan sejarah agar tidak punah begitu saja. Buku adalah sebagai pengikat dokumenter ilmu
dan pengetahuan. Oleh karenanya,
orang-orang membaca buku, artikel ataupunlainnya biasanya memiliki 3 tujuan,
yaitu: mencari jawaban atas rasa
penasaran dan ketidaktahuan, sebagai pencerah karena tulisan yang dibacanya
mampu memberikan informasi penjelasan dan yang terakhir sebagai penguat jawaban
atas ketidaktahuan. Tapi buku juga bisa
disebut sebagai pemantik. Ia memberikan
sebuah perspektif baru, yang sering sekali mampu mengoyak tatanan sebelumnya.
Biografi
dari sang penulis kritis: Dr. Zinn lahir di kota New York, 24
Agustus, 1922, anak dari keluarga imigran Yahudi, Edward Zinn, seorang pelayan,
dan Jennie (Rabinowitz) Zinn, ibu rumah tangga. Ia murid sekolah negeri New
York dan bekerja di Brooklyn Navy Yard , sebelum bergabung di Angkatan Udara
selama perang Dunia II. Ia bekerja sebagai pembom di Angkatan Udara Divisi
ke-18, dan dia "dianugerahi" tanda jasa dan pangkatnya naik menjadi letnan
dua.
KECERDIKAN
ITU MEMBUTUHKAN KEJUJURAN
By
: Devi Risnawati
“Sejak awal, apa yang aku ajarkan dimaknai juga oleh
sejarah hidupku. Aku harus mencoba selalu jujur terhadap pandangan-pandangan
yang berbeda, tapi aku ingin lebih dari sekadar mengajarkan 'obyektivitas'; aku
ingin mahasiswa-mahasiswaku meninggalkan kelas bukan saja sekadar mendapatkan
informasi yang lebih baik, tapi lebih siap menghancurkan kebisuan, lebih siap
untuk berbicara, lebih siap bertindak melawan ketidakadilan di mana pun mereka
temukan itu. Hal tersebut, tentunya, merupakan resep untuk mengatasi berbagai
masalah."
-Oto-Biography Howard Zinn-
“Tidak
ada yang menang atau kalah, sebab kebenaran selalu ada satu”
-Sir Arthur Conan Doyle-

Sebuah buku yang baik selalu memberikan
pengaruh yang bermanfaat ke dalam benak pembacanya. Ia akan meninggikan jiwa dan
pemikirannya. Ia juga akan memperbesar
khazanah pengetahuan sang pembaca.
Membaca buku merupakan pencarian sumber yang paling baik untuk
memperoleh pengetahuan karena tersimpan rapih.
Buku memiliki dampak yang lebih dalam bagi pembacanya ketimbang sumber-sumber
lain dalam memperoleh pengetahuan.
Adakalanya, kegiatan membaca buku
membawa perubahan yang revolusioner bagi pandangan seseorang. Seperti cara pandang terhadap Columbus yang
berbeda antara sudut pandangan Howard Zinn dan Samuel Elliot Morrison, yang
mana menurut Morrison walaupun Columbus seorang yang kejam yang telah melakukan
genosida pada Indian Arawaks namun ia tetap mengagungkan kebesaran sang
pelaut. Morrison mengabaikan fakta
kecil kekejaman Columbus dengan jasa dan
kepahlawanannya. Lain halnya Zinn yang
memandang dari versi yang berbeda, memandang dari sudut pandang kaum Arawaks
yang kalah. Zinn bercerita bahwa penemu benua Amerika adalah suku Arawaks
(karena melihat suku Arawaks terlebih dahulu tinggal disana). Dalam kasus ini, pembaca harus cermat memilah
dan memilih mana yang akan ia jadikan kiblatnya. Pada dasarnya buku tidak ada yang salah,
hanya kebenaranya tidak terjamin 100%.
Dalam artikel “Speaking Truth to Power with Books” di paparkansang penulis, Howard
Zinn, menyatakan bahwa buku mampu merubah hidup seseorang. Seperti kisah ketika
ia bertemu seorang pelajar yang membaca buku The Color Purple by Alice Walker (salah satu mahasiswinya) dan pelajar
itu berpendapat bahwa buku itu merubah hidupnya setelah membacanya. Dari sinilah Zinn berfikir bahwa buku bisa
merubah kesadaran sang pembacanya, buku memiliki efek untuk bisa merubah dunia
cepat atau lambat dengan cara yang tak terduga.
Salah satu cara untuk mengubah dunia lewat buku adalah dengan
memperkenalkan sebuah ide yang tidak pernah terfikirkan sebelumnya oleh
pembaca.
Setelah perang, Dr. Zinn bekerja
serabutan hingga akhirnya mendaftarkan diri ke Universitas New York dalam usia
27 tahun. Ia, yang menikahi Roslyn Shechter pada tahu 1944, bekerja sebagai
supir truk angkutan gudang untuk membiayai kuliahnya. Ia menerima gelar sarjana
mudanya dari uiversitas New York, kemudian mendaftarkan diri pada program S1
dan doktoral bidang sejarah di Universitas Colombia. Dr Zinn adalah instruktur di Upsala College
dan dosen di Brooklyn College sebelum bergabung di fakultas Spelman College di
Atlanta, pada tahun1956. Dia juga bekerja untuk lembaga penelitian sejarah
perempuan kulit hitam sebagai ketua departemen sejarah. Di antara muridnya
adalah novelis Alice Walker, yang menyebutnya sebagai "guru terbaik yang
pernah ia miliki," dan juga Marian Wright Edelman, yang kemudian menjadi
ketua lembaga bantuan pendanaan untuk anak-anak.
Dalam bukunya yang berjudul A People’s History of the United States, buku Zinn berperan sebagai dissenting opinion yang mengancam
tatanan mapan sebuah rezim atau peradaban.
Buku A People’s History of the
United States merupakan tamparan keras bahwa sebuah peradaban yang terlihat
mulia dan gagah dibangun dari kebengisan.
Buku ini sempat memincu perdebatan para sejarawan dan juga
masyarakat. Surat-surat mulai
berdatangan manakala buku tersebut terbit.
Kebanyakan isi dari surat itu adalah
kritik dari masyarakat tentang isi pada bab pertama bahwa Columbus
seorang yang pembunuh, penyiksa, penculik, munafik, penghancur kaum pribumi,
perompak. Bagi mereka selaku warga
Amerika yang dibesarkan disana, Columbus adalah seorang pahlawan, penemu besar
dan ahli.
Christopher Columbus menyebut Amerika sebagai "The New World"
ketika pertama kali menginjakkan kakinya di benua itu pada 21 Oktober 1492.
Namun, bagi umat Islam di era keemasan, Amerika bukanlah sebuah "Dunia
Baru". Sebab, 603 tahun sebelum penjelajah Spanyol itu menemukan benua
itu, para penjelajah Muslim dari Afrika Barat telah membangun
peradaban di Amerika. Klaim sejarah Barat yang menyatakan Columbus
sebagai penemu benua Amerika akhirnya terpatahkan. Sederet sejarawan
menemukan fakta bahwa para penjelajah Muslim telah menginjakkan kaki dan
menyebarkan Islam di benua itu lebih dari setengah milenium sebelum Columbus.
Secara historis umat Islam telah memberi kontribusi dalam ilmu
pengetahuan, seni, serta kemanusiaan di benua Amerika. “Tak
perlu diragukan lagi, secara historis kaum Muslimin telah memberi pengaruh
dalam evolusi masyarakat Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus
menemukannya.”
Fakta lainnya tentang kehadiran Islam dan adanya peradaban di Amerika jauh
sebelum Columbus datang dan mengklaim dirinyalah penemu benua Amerika juga
diungkapkan Dr Barry Fell, seorang arkeolog dan ahli bahasa dari Universitas
Harvard. Dalam karyanya berjudul Saga America, Fell menyebutkan bahwa umat
Islam tak hanya tiba sebelum Columbus di Amerika. Namun, umat Islam juga telah
membangun sebuah peradaban di benua itu. Fell juga menemukan fakta yang sangat
mengejutkan. Menurut dia, bahasa yang digunakan orang Pima di Barat Daya dan
bahasa Algonquina, perbendaharaankatanya banyak yang berasal dari bahasa
Arab. Arkeolog itu juga menemukan
tulisan tua Islami di beberapa tempat seperti di California. Di Kabupaten Inyo,
negara bagian California, Fell juga menemukan tulisan tua lainnya yang berbunyi
"Yasus bin Maria" yang dalam bahasa Arab berarti "Yesus, anak
Maria". "Ini bukan frase Kristen,'' cetus Fell. Faktanya,
menurut dia, frase itu ditemukan dalam kitab suci Alquran. Tulisan tua itu, papar dia, usianya lebih tua beberapa abad dari Amerika Serikat. Arkeolog
dan ahli bahasa itu juga menemukan teks, diagram, serta peta yang dipahat di
batu yang digunakan untuk kepentingan sekolah.Temuan itu bertarikh antara tahun
700 hingga 800 M. Teks serta diagram itu berisi mata pelajaran matematika,
sejarah, geografi, astronomi, dan navigasi laut. Sejarawan seni
berkebangsaan Jerman. Alexander Von Wuthenau, juga menemukan bukti dan fakta
keberadaan Islam di Amerika pada tahun 800 M hingga 900 M. Wuthenau menemukan
ukiran kepala yang menggambarkan seperti bangsa Moor. Itu berarti, Islam telah
bersemi di Amerika sekitar separuh
millennium sebelum Columbus lahir.
Bukti lain yang membeberkan fakta bahwa Columbus bukanlah penemu Amerika
pertama adalah hadirnya nama yang jauh lebih dulu menginjakkan
kakinya di benua tersebut.
- Khashshash bin Said bin Aswad
Ada banyak versi
tentang siapakah yang pertama kali membawa agama Islam ke Amerika. Salah
satunya yang bisa disebut adalah Khashshah bin Said bin Aswad yang tercatat dalam
sejarah pada tahun 889 masehi telah mendarat di benua itu.Dia seorang
navigator muslim yang berasal dari Qordoba, Spanyol. Sebagaimana kita ketahui,
Spanyol saat itu merupakan pusat peradaban Islam di Barat, di bawah pimpinan
Khilafah Bani Umayah II.
Ini
adalah analisa lumayan kuat untuk bisa dipercaya, lantaran kekuatan armada
Khilafah Bani Umayyah II di Spanyol saat itu memang sangat besar dan luar biasa
luas pengaruhnya. Adalah sangat tidak mustahil buat para pelaut di masa itu
untuk mengarui samudera Atlantik. Apalagi ada semangat juang yang sangat tinggi
untuk menyebarkan agama Islam seluruh penjuru dunia.
Dengan fakta ini, maka
benua Amerika termasuk benua yang sudah sejak awal mengenal ajaran Islam.
Sungguh luar biasa kemampuan para pelaut muslim saat itu. Dengan menyeberangi
lautan Atlantic yang luas itu, mereka tercatat sebagai di antara pembawa agama
Islam ke Amerika. Dan jarak waktunya hanya terpaut 200-an tahun setelah
Rasulullah SAW wafat.
Mungkin ke depan kita
akan mengatakan bahwa bangsa muslim lah
yang sesungguhnya berhak disebut sebagai penemu benua Amerika, bukan
Amerigo Vespucci atau Colombus, sebab:
1. Amerigo
Vespucci baru menemukan benua itu di tahun 1499-1500 Masehi.
2. Leif Ericson (± 500
tahun sebelim Columbus)
3.
Laksamana Ceng Ho (70
tahun sebelum Columbus datang )
4. Colombus baru
tiba di tahun 1492 Masehi.
5. Khashshash bin Said bin Aswad yang sudah mendarat di benua itu di
tahun 889 Masehi. Itu berarti 600 tahun
lebih dulu dari kedatangan Columbus.
- Laksamana Ceng Ho
Selain itu sejarah
juga mencatat bahwa Laksamana Ceng Ho yang beragama Islam, juga pernah mendarat
di benua Amerika. Yang menarik, laksamana yang juga seorang da`i muslim
ini mendarat 70 tahun lebih awal dari Colombus. Bahkan armada dan
kapal Ceng Ho jauh lebih besar dari kapal milik Colombus. Namun karena
sejarah dunia ditulis oleh orang lain, maka fakta bahwa Ceng Ho mendarat lebih
dahulu dari Colombus seolah lenyap di balik kebohongan nyata.
Gambar di atas
menunjukkan bahwa kapal Cheng Ho memang jauh lebih besar dibandingkan kapal
Colombus. Kapal ini juga tercatat pernah mendarat di nusantara, selain
berdiplomasi dan berdagang, juga menyebarkan dakwah Islam. Cheng Ho punya nama
arab, yaitu Haji Mahmud Shams. Beliau adalah seorang muslim China yang lahir
tahun 1371 dan wafat tahun 1433. Terkenal sebagai pelaut dan penjelajah
Tiongkok terkenal yang melakukan beberapa penjelajahan antara tahun 1405 hingga
1433.
Pengagung-agungan Columbus merupakan bukti nyata sejarah yang salah. Orang
yang sebenarnya seorang penjahat besar dianggap sebagai seorang hero. Masyarakat Amerika menganggap Columbus adalah
penemu benua Amerika, bahkan mereka merayakan hari Columbus dan menetapkannya
sebagai hari libur nasional. Dalam essay berjudul Precolumbian Muslims in America (Muslim di Amerika
Pra Colombus), Dr. Mroueh menunjukkan sejumlah fakta bahwa Muslimin dari
Anadalusia dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya enam abad
sebelum Colombus. Howard Zinn menuliskan dalam bukunyaPeople’s History of the United States, bahwa
Christopher Columbus adalah seorang pembunuh, penyiksa, penculik, pemutilasi
masyarakat Indian, dan orang yang serakah.
Artikel
yang saya pegang dengan judul “Speaking Truth to Power with Books”, jika dibaca secara luas dan dipikirkan secara
serius, akan menumbangkan nilai-nilai tertentu
yang berlaku secara global serta institusi yang membentuk nilai-nilai
tersebut. Di antara nilai, tujuan, preferensi, hasil yang diinginkan, kejadian,
dan aksi, serta yang berkaitan dengannya, adalah hal-hal yang berkaitan dengan
pengambilalihan dan penggunaan kuasa, kuasa akan pemutar balikkan kebenaran
atau fakta. "Kuasa" menunjukkan proses yang dengannya orang
berpartisipasi dalam berkeputusan bagi
mereka sendiri dan orang lain, dan yang mengikat mereka untuk patuh, bahkan
dengan paksaan jika diperlukan (Lasswell and Kaplan 1950: 75). Buku salah satu contoh yang sadar tidak sadar
megajak pembaca telah menjadi pengikut.
Artikel dari buku “Anthropology off the self”
ini dihadirkan untuk pertimbangan dan refleksi kritis, terutama untuk
manusia di seluruh dunia, mulai dari siswa pemula sampai dengan profesor . Yang menyatakan bahwa kebenaran
harus diungkap, jangan bungkam dalam kebisuan tanpa tindakan. Diam dalam kesesatan yang nyata . Howard Zinn menyumbangkan batu loncatan lebih
lanjut dalam bentuk pemikiran dan aksi menuju masa depan global yang bebas
tipuan dan berbicara tentang kenyataan melalui bukunya. Seperti yang ia tuliskan dalam biografinya:
“Sejak awal, apa yang aku ajarkan dimaknai juga oleh
sejarah hidupku. Aku harus mencoba selalu jujur terhadap pandangan-pandangan
yang berbeda, tapi aku ingin lebih dari sekadar mengajarkan 'obyektivitas'; aku
ingin mahasiswa-mahasiswaku meninggalkan kelas bukan saja sekadar mendapatkan
informasi yang lebih baik, tapi lebih siap menghancurkan kebisuan, lebih siap
untuk berbicara, lebih siap bertindak melawan ketidakadilan di mana pun mereka
temukan itu. Hal tersebut, tentunya, merupakan resep untuk mengatasi berbagai
masalah."
Ketika Howard zinn menuliskan dalam bukunya People’s History of the United States yang memaparkan kebenaran
penemu Amerika, masyarakat banyak yang tidak menerima dan malah menghujat
dia. Padahal maksud dari tulisannya
tersebut adalah untuk menceritakan kebenaran dari ”hero” Amerika tersebut. Tulisannya yang dianggap radikal oleh
sebagian besar warga Amerika dikarenakan paradigma yang telah menancap di
mindset mereka bahwa Columbuslah sang
penemu Amerika, doktrin secara berkelanjutan tanpa kesadaran. Mereka kurang percaya bahkan tidak percaya
tentang isi dari tulisan tersebut. Lantas, kenapa sebagian besar masyarakat
menolak kebenaran buku yang Zinn buat?
Apakah Howard Zinn memaparkan kekuatan buku itu secara gamblang atau
tidak, masyarakat lah yang menanggapi. Sebab kekuatan buku yang dapat menceritakan kebenaran yang sebenarnya ini
tergantung pada si penulisnya. Penulis yang baik menggunakan sumber-sumber
bacaan dan informasi yang terpercaya dengan berdasarkan bukti yang ada. Hal ini
menekankan bahwa membaca merupakan hal yang harus dilakukan sebelum orang
tersebut dapat menulis dan menceritakan hal yang sebenarnya. Penyamapaian
informasi yang salah dapat membuat cara pandang seseorang terhadap sesuatu akan
salah pula.
Jika
benar bahwa Columbus bukanlah penemu Amerika, apakah Howard Zinn mampu
memaparkan siapa penemu Amerika sesungguhnya? Suku Arawaks kah? Orang akan
percaya sepenuhnya jika sanggahan itu disertai dengan alasan dan tentunya bukti
yang kuat. Dengan bukti yang kuat, mau
tidak mau orang akan percaya, apalagi di dunia barat sana orang lebih cenderung
ke analitisnya (beda dengan dunia Timur).
Jika itu rasional dan bisa masuk akal, maka dapatlah mereka menerima.
Harusnya ketika Howard mengasumsikan bahwa Columbus hanyalah seorang penipu
ulung, dia mampu menggantikan posisi siapakah yang pantas sebagai sang penemu
Amerika saat itu. Apakah itu Leif Ericson?; sang pelaut viking yang
pernah menginjakkan kakinya di benua Amerika sebelum Columbus datang. Namun, karena Leif bukanlah tokoh terkenal,
hal-hal menyangkut penemuannya belum pernah tersebar luas, begitu pula tidak meninggalkan
perubahan apa pun terhadap Amerika maka dia tidak patut di sebut sebagai tokoh
penemu. Ataukah Cheng Ho? Atau memang tokoh islam Khashshash bin Said bin Aswad? Atau tetap suku Arawaks? Mampukah
menjawab kisah sejarah ini sedang banyaknya bukti-bukti penemuan dari masing-masingnya
sama-sama mengutkan nama dari tokoh yang di gadang-gadang sebagai sang
penemu? Namun, sayangnya dalam penuturan historis, bias ini tidak seterang
sebagaimana dalam penulisan peta. Sejarawan menulis seakan setiap pembaca punya
sebuah kepentingan bersama yang tunggal. Para penulis tertentu seakan lupa
bahwa produksi pengetahuan adalah alat tempur dalam antagonisme antar kelas
sosial, ras, ataupun bangsa bangsa.
Ihwal
bahwa Columbus adalah orang yang kesekian kalinya yang menginjakkan kaki di
Amerika, seorang yang kejam, perompak, pemerkosa dan lainnya. Lalu bagaimana jika yang dimaksud dengan sang penemu itu adalah bukan yang
pertama hidup di sana, tapi yang pertama membangun peradaban dan membawa
perubahan dunia disana, yang merubah wajah lama menjadi baru? Yang mana ketika Columbus datang ke barat,
berbarengan dengan itu juga bangsa Indian hancur. Dalam jangka panjang penemuan itu melahirkan
satu bangsa baru di benua belahan barat.
Walhasil, Columbus membawa perubahan besar bagi bangsa-bangsa di Dunia
Lama dan menciptakan Dunia Baru. Sama
tidak dengan jika seorang tabib yang menemukan obat herbal, lantas meninggal,
kemudian datang dokter yang mengambil bahan-bahan alami (yang hanya ada 1)
tersebut dan mengolahnya dengan olahan yang canggih namun berbahan baku
sama. Hasil obat Dokter itu lebih
terkenal di banding obat tabib. Nah,
hasil akhir yang diketahui orang adalah obat dari racikan sang dokter. Lantas, siapa yang layak disebut sebagai
penemu tanaman itu? Dengan dasar tanaman
yang sama, namun bentuk berbeda. Sang tabib yang pertama menemukan tanaman
ataukah Dokter yang hanya mengambil ulang tanaman tersebut namun berhasil
membuat sebuah keyakinan bahwa itu adalah hasilnya? Tentu, dokter lah yang akan di katakan
sebagai penemu obat tersebut. Karena sang tabib sudah tidak dapat melakukan
pembelaan, dia sudah meninggal/tidak ada maka sang dokter lah yang berkuasa.
Walau, tabiblah yang menemukan tanamannya jauh lebih dahulu. Suku Indian jauh terlebih dulu hidup di
Amerika, namun kemudian hancur dan munculah perubahan besar Columbus yang
tertanam di sana. Perubahan baru inilah
yang mungkin di klaim Columbus sebagai temuan.
Dan dia sebagai penemunya.
Tidak sulit juga Columbus
untuk melakukan “pengakuan” tersebut.
Dilihat dari akhlaknya yang pembunuh, perompak, pembohong, penipu, kejam
dan lainnya sangatlah mungkin ia melakukan pengklaiman. Dia menang di atas
penghancuran bangsa Indian (melakukan genosida), dia menang diatas kebohongan
pembodohan atas ketidaktahuan, dia menang diatas tipuan kabar keseluruh orang
dengan hasil itu ia mendapat pengagungan dan pujian. Dia menang diatas pengaplikasian akhlak
buruknya terhadap dunia. Namun, seperti
yang dikatakan oleh Abraham Lincoln “Anda dapat membohongi
sebagian orang untuk waktu yg lama, anda juga dapat membohongi semua orang
untuk beberapa saat, tapi anda tidak bisa membohongi semua orang selamanya.”
Dari
paparan diatas maka dapatlah disimpulkan bahwa sejarah tidaklah bersifat statis.
Akan banyak perubahan manakala banyak ditemukan bukti-bukti yang lebih
menguatkannya. Seperti contoh diatas,
ketika ditemukan bukti yang lebih jelas maka akan tergeserlah sejarah yang
sekarang ada menjadi hasil sejarah baru.
Tidak hanya kasus Columbus saja yang mungkin akan merubah paradigma
sejarah, baru-baru ini pun banyak kita lihat fakta-fakta baru bermunculan. Seperti candi Borobudur yang dikabarkan
adalah Istana nabi Sulaeman karena terdapat ukiran Basmallah di batunya. Atau pun tentang Piramid yang katanya bukan
dibangun oleh peradaban Mesir (masih dikaji oleh German). Ini akan terus berlangsung seiring zaman yang
semakin maju.
Buku sebagai salah satu alat
penyebaran info pun akan terus diperbaharui seiring perubahan sejarah yang
tercipta. Mengenai kondisi
Howard Zinn yang mendapat banyak pertentangan dari masa pro Columbus terdapat
di kendala kebenaran yang dihadapi saat ini, orang seperti Howard Zinn, yang
"tersesat" di jalan lurus tentang kejadian masa lalu, mungkin
dianggap berimajinasi, sementara orang orang yang berdiri di "jalan yang
sesat" dan meyakini jalan sesatnya sebagai jalan lurus, tentu akan mengatakan
Zinn lah yang salah dan merekalah benar karena apa yang mereka katakan sejalan
dengan kelurusan yang disepakati dunia.(Tetap menyatakan Columbussebagai sang hero,sang penemu)
Kesepakatan dunia ini bisa saja bila
suatu hari harus memaksa pemikiran Zinn (yang tertuang dalam bukunya) yang
tersesat di jalan yang lurus, untuk harus mengakui jalan sesat mereka
karena itulah kesepakatan lurus yang disepakati oleh Dunia. Apapun itu, Zinn
tetaplah seorang Howard Zinn. Penulis inspiratif dan aktivis yang teguh
menerabas the road less travelled by.
REFERENSI
Hart,
Michael H. 1989. Seratus
Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya
ArtikelHoward
Zinn. Speaking Truth to Power with Books
Paige,
Gleen D. 2002. Ilmu
Politik Global tanpa Pembunuhan. Center
for Global Nonkilling
Internet


Subscribe to:
Post Comments (Atom)