Thursday, March 6, 2014

KECERDIKAN ITU MEMBUTUHKAN KEJUJURAN



Critical Review 2
KECERDIKAN ITU MEMBUTUHKAN KEJUJURAN
By : Devi Risnawati

“Sejak awal, apa yang aku ajarkan dimaknai juga oleh sejarah hidupku. Aku harus mencoba selalu jujur terhadap pandangan-pandangan yang berbeda, tapi aku ingin lebih dari sekadar mengajarkan 'obyektivitas'; aku ingin mahasiswa-mahasiswaku meninggalkan kelas bukan saja sekadar mendapatkan informasi yang lebih baik, tapi lebih siap menghancurkan kebisuan, lebih siap untuk berbicara, lebih siap bertindak melawan ketidakadilan di mana pun mereka temukan itu. Hal tersebut, tentunya, merupakan resep untuk mengatasi berbagai masalah."

-Oto-Biography Howard Zinn-

           
            Tidak ada yang menang atau kalah, sebab kebenaran selalu ada satu”

-Sir Arthur Conan Doyle-


Buku adalah jendela dunia.  Jendela yang bisa diakses oleh siapapun dan dimanapun, yang sangat berperan penting dalam mensejarahkan sejarah agar tidak punah begitu saja.  Buku adalah sebagai pengikat dokumenter ilmu dan pengetahuan.  Oleh karenanya, orang-orang membaca buku, artikel ataupunlainnya biasanya memiliki 3 tujuan, yaitu: mencari jawaban  atas rasa penasaran dan ketidaktahuan, sebagai pencerah karena tulisan yang dibacanya mampu memberikan informasi penjelasan dan yang terakhir sebagai penguat jawaban atas ketidaktahuan.  Tapi buku juga bisa disebut sebagai pemantik.  Ia memberikan sebuah perspektif baru, yang sering sekali mampu mengoyak tatanan sebelumnya.
Sebuah buku yang baik selalu memberikan pengaruh yang bermanfaat ke dalam benak pembacanya.  Ia akan meninggikan jiwa dan pemikirannya.  Ia juga akan memperbesar khazanah pengetahuan sang pembaca.  Membaca buku merupakan pencarian sumber yang paling baik untuk memperoleh pengetahuan karena tersimpan rapih.  Buku memiliki dampak yang lebih dalam bagi pembacanya ketimbang sumber-sumber lain dalam memperoleh pengetahuan.  Adakalanya, kegiatan membaca  buku membawa perubahan yang revolusioner bagi pandangan seseorang.  Seperti cara pandang terhadap Columbus yang berbeda antara sudut pandangan Howard Zinn dan Samuel Elliot Morrison, yang mana menurut Morrison walaupun Columbus seorang yang kejam yang telah melakukan genosida pada Indian Arawaks namun ia tetap mengagungkan kebesaran sang pelaut.  Morrison mengabaikan fakta kecil  kekejaman Columbus dengan jasa dan kepahlawanannya.  Lain halnya Zinn yang memandang dari versi yang berbeda, memandang dari sudut pandang kaum Arawaks yang kalah. Zinn bercerita bahwa penemu benua Amerika adalah suku Arawaks (karena melihat suku Arawaks terlebih dahulu tinggal disana).  Dalam kasus ini, pembaca harus cermat memilah dan memilih mana yang akan ia jadikan kiblatnya.  Pada dasarnya buku tidak ada yang salah, hanya kebenaranya tidak terjamin 100%.
            Dalam artikel “Speaking Truth to Power with Books” di paparkansang penulis, Howard Zinn, menyatakan bahwa buku mampu merubah hidup seseorang. Seperti kisah ketika ia bertemu seorang pelajar yang membaca buku The Color Purple by Alice Walker (salah satu mahasiswinya) dan pelajar itu berpendapat bahwa buku itu merubah hidupnya setelah membacanya.  Dari sinilah Zinn berfikir bahwa buku bisa merubah kesadaran sang pembacanya, buku memiliki efek untuk bisa merubah dunia cepat atau lambat dengan cara yang tak terduga.  Salah satu cara untuk mengubah dunia lewat buku adalah dengan memperkenalkan sebuah ide yang tidak pernah terfikirkan sebelumnya oleh pembaca.
          
  Biografi dari sang penulis kritis: Dr. Zinn lahir di kota New York, 24 Agustus, 1922, anak dari keluarga imigran Yahudi, Edward Zinn, seorang pelayan, dan Jennie (Rabinowitz) Zinn, ibu rumah tangga. Ia murid sekolah negeri New York dan bekerja di Brooklyn Navy Yard , sebelum bergabung di Angkatan Udara selama perang Dunia II. Ia bekerja sebagai pembom di Angkatan Udara Divisi ke-18, dan dia "dianugerahi" tanda jasa dan pangkatnya naik menjadi letnan dua.
Setelah perang, Dr. Zinn bekerja serabutan hingga akhirnya mendaftarkan diri ke Universitas New York dalam usia 27 tahun. Ia, yang menikahi Roslyn Shechter pada tahu 1944, bekerja sebagai supir truk angkutan gudang untuk membiayai kuliahnya. Ia menerima gelar sarjana mudanya dari uiversitas New York, kemudian mendaftarkan diri pada program S1 dan doktoral bidang sejarah di Universitas Colombia.  Dr Zinn adalah instruktur di Upsala College dan dosen di Brooklyn College sebelum bergabung di fakultas Spelman College di Atlanta, pada tahun1956. Dia juga bekerja untuk lembaga penelitian sejarah perempuan kulit hitam sebagai ketua departemen sejarah. Di antara muridnya adalah novelis Alice Walker, yang menyebutnya sebagai "guru terbaik yang pernah ia miliki," dan juga Marian Wright Edelman, yang kemudian menjadi ketua lembaga bantuan pendanaan untuk anak-anak.
            Dalam bukunya yang berjudul A People’s History of the United States,  buku Zinn berperan sebagai dissenting opinion yang mengancam tatanan mapan sebuah rezim atau peradaban.  Buku A People’s History of the United States merupakan tamparan keras bahwa sebuah peradaban yang terlihat mulia dan gagah dibangun dari kebengisan.  Buku ini sempat memincu perdebatan para sejarawan dan juga masyarakat.  Surat-surat mulai berdatangan manakala buku tersebut terbit.  Kebanyakan isi dari surat itu adalah  kritik dari masyarakat tentang isi pada bab pertama bahwa Columbus seorang yang pembunuh, penyiksa, penculik, munafik, penghancur kaum pribumi, perompak.  Bagi mereka selaku warga Amerika yang dibesarkan disana, Columbus adalah seorang pahlawan, penemu besar dan ahli.
Christopher Columbus menyebut Amerika sebagai "The New World" ketika pertama kali menginjakkan kakinya di benua itu pada 21 Oktober 1492. Namun, bagi umat Islam di era keemasan, Amerika bukanlah sebuah "Dunia Baru". Sebab, 603 tahun sebelum penjelajah Spanyol itu menemukan benua itu, para penjelajah Muslim dari Afrika Barat telah membangun peradaban di Amerika. Klaim sejarah Barat yang menyatakan Columbus sebagai penemu benua Amerika akhirnya terpatahkan. Sederet sejarawan menemukan fakta bahwa para penjelajah Muslim telah menginjakkan kaki dan menyebarkan Islam di benua itu lebih dari setengah milenium sebelum Columbus. Secara historis umat Islam telah memberi kontribusi dalam ilmu pengetahuan, seni, serta kemanusiaan di benua Amerika. “Tak perlu diragukan lagi, secara historis kaum Muslimin telah memberi pengaruh dalam evolusi masyarakat Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus menemukannya.”
Fakta lainnya tentang kehadiran Islam dan adanya peradaban di Amerika jauh sebelum Columbus datang dan mengklaim dirinyalah penemu benua Amerika juga diungkapkan Dr Barry Fell, seorang arkeolog dan ahli bahasa dari Universitas Harvard. Dalam karyanya berjudul Saga America, Fell menyebutkan bahwa umat Islam tak hanya tiba sebelum Columbus di Amerika. Namun, umat Islam juga telah membangun sebuah peradaban di benua itu. Fell juga menemukan fakta yang sangat mengejutkan. Menurut dia, bahasa yang digunakan orang Pima di Barat Daya dan bahasa Algonquina, perbendaharaankatanya banyak yang berasal dari bahasa Arab.  Arkeolog itu juga menemukan tulisan tua Islami di beberapa tempat seperti di California. Di Kabupaten Inyo, negara bagian California, Fell juga menemukan tulisan tua lainnya yang berbunyi "Yasus bin Maria" yang dalam bahasa Arab berarti "Yesus, anak Maria". "Ini bukan frase Kristen,'' cetus Fell. Faktanya, menurut dia, frase itu ditemukan dalam kitab suci Alquran.  Tulisan tua itu, papar dia, usianya lebih tua beberapa abad dari Amerika Serikat.  Arkeolog dan ahli bahasa itu juga menemukan teks, diagram, serta peta yang dipahat di batu yang digunakan untuk kepentingan sekolah.Temuan itu bertarikh antara tahun 700 hingga 800 M. Teks serta diagram itu berisi mata pelajaran matematika, sejarah, geografi, astronomi, dan navigasi laut.  Sejarawan seni berkebangsaan Jerman. Alexander Von Wuthenau, juga menemukan bukti dan fakta keberadaan Islam di Amerika pada tahun 800 M hingga 900 M. Wuthenau menemukan ukiran kepala yang menggambarkan seperti bangsa Moor. Itu berarti, Islam telah bersemi di Amerika sekitar separuh millennium sebelum Columbus lahir.
Bukti lain yang membeberkan fakta bahwa Columbus bukanlah penemu Amerika pertama adalah hadirnya  nama yang jauh lebih dulu menginjakkan kakinya di benua tersebut.  
-       Khashshash bin Said bin Aswad
Ada banyak versi tentang siapakah yang pertama kali membawa agama Islam ke Amerika. Salah satunya yang bisa disebut adalah Khashshah bin Said bin Aswad yang tercatat dalam sejarah pada tahun 889 masehi telah mendarat di benua itu.Dia seorang navigator muslim yang berasal dari Qordoba, Spanyol. Sebagaimana kita ketahui, Spanyol saat itu merupakan pusat peradaban Islam di Barat, di bawah pimpinan Khilafah Bani Umayah II.
            Ini adalah analisa lumayan kuat untuk bisa dipercaya, lantaran kekuatan armada Khilafah Bani Umayyah II di Spanyol saat itu memang sangat besar dan luar biasa luas pengaruhnya. Adalah sangat tidak mustahil buat para pelaut di masa itu untuk mengarui samudera Atlantik. Apalagi ada semangat juang yang sangat tinggi untuk menyebarkan agama Islam seluruh penjuru dunia.
Dengan fakta ini, maka benua Amerika termasuk benua yang sudah sejak awal mengenal ajaran Islam. Sungguh luar biasa kemampuan para pelaut muslim saat itu. Dengan menyeberangi lautan Atlantic yang luas itu, mereka tercatat sebagai di antara pembawa agama Islam ke Amerika. Dan jarak waktunya hanya terpaut 200-an tahun setelah Rasulullah SAW wafat.
Mungkin ke depan kita akan mengatakan bahwa bangsa muslim lah yang sesungguhnya berhak disebut sebagai penemu benua Amerika, bukan Amerigo Vespucci atau Colombus, sebab:
1.      Amerigo Vespucci baru menemukan benua itu di tahun 1499-1500 Masehi.
2.      Leif Ericson (± 500 tahun sebelim Columbus)
3.      Laksamana Ceng Ho (70 tahun sebelum Columbus datang )
4.      Colombus baru tiba di tahun 1492 Masehi.
5.      Khashshash bin Said bin Aswad yang sudah mendarat di benua itu di tahun 889 Masehi. Itu berarti 600 tahun lebih dulu dari kedatangan Columbus.

-       Laksamana Ceng Ho


Selain itu sejarah juga mencatat bahwa Laksamana Ceng Ho yang beragama Islam, juga pernah mendarat di benua Amerika. Yang menarik, laksamana yang juga seorang da`i muslim ini mendarat 70 tahun lebih awal dari Colombus. Bahkan armada dan kapal Ceng Ho jauh lebih besar dari kapal milik Colombus. Namun karena sejarah dunia ditulis oleh orang lain, maka fakta bahwa Ceng Ho mendarat lebih dahulu dari Colombus seolah lenyap di balik kebohongan nyata.

Gambar di atas menunjukkan bahwa kapal Cheng Ho memang jauh lebih besar dibandingkan kapal Colombus. Kapal ini juga tercatat pernah mendarat di nusantara, selain berdiplomasi dan berdagang, juga menyebarkan dakwah Islam. Cheng Ho punya nama arab, yaitu Haji Mahmud Shams. Beliau adalah seorang muslim China yang lahir tahun 1371 dan wafat tahun 1433. Terkenal sebagai pelaut dan penjelajah Tiongkok terkenal yang melakukan beberapa penjelajahan antara tahun 1405 hingga 1433.

            Pengagung-agungan Columbus merupakan bukti nyata sejarah yang salah. Orang yang sebenarnya seorang penjahat besar dianggap sebagai seorang hero. Masyarakat Amerika menganggap Columbus adalah penemu benua Amerika, bahkan mereka merayakan hari Columbus dan menetapkannya sebagai hari libur nasional. Dalam essay berjudul Precolumbian Muslims in America (Muslim di Amerika Pra Colombus), Dr. Mroueh menunjukkan sejumlah fakta bahwa Muslimin dari Anadalusia dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya enam abad sebelum Colombus. Howard Zinn menuliskan dalam bukunyaPeople’s History of the United States, bahwa Christopher Columbus adalah seorang pembunuh, penyiksa, penculik, pemutilasi masyarakat Indian, dan orang yang serakah.
Artikel  yang saya pegang dengan judul “Speaking Truth to Power with Books”,  jika dibaca secara luas dan dipikirkan secara serius, akan menumbangkan nilai-nilai tertentu  yang berlaku secara global serta institusi yang membentuk nilai-nilai tersebut. Di antara nilai, tujuan, preferensi, hasil yang diinginkan, kejadian, dan aksi, serta yang berkaitan dengannya, adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengambilalihan dan penggunaan kuasa, kuasa akan pemutar balikkan kebenaran atau fakta. "Kuasa" menunjukkan proses yang dengannya orang berpartisipasi dalam  berkeputusan bagi mereka sendiri dan orang lain, dan yang mengikat mereka untuk patuh, bahkan dengan paksaan jika diperlukan (Lasswell and Kaplan 1950: 75).  Buku salah satu contoh yang sadar tidak sadar megajak  pembaca telah menjadi pengikut. 
Artikel dari buku “Anthropology off  the self”  ini dihadirkan untuk pertimbangan dan refleksi kritis, terutama untuk manusia di seluruh dunia, mulai dari siswa pemula sampai dengan  profesor . Yang menyatakan bahwa kebenaran harus diungkap, jangan bungkam dalam kebisuan tanpa tindakan.  Diam dalam kesesatan yang nyata .  Howard Zinn menyumbangkan batu loncatan lebih lanjut dalam bentuk pemikiran dan aksi menuju masa depan global yang bebas tipuan dan berbicara tentang kenyataan melalui bukunya.  Seperti yang ia tuliskan dalam biografinya:
“Sejak awal, apa yang aku ajarkan dimaknai juga oleh sejarah hidupku. Aku harus mencoba selalu jujur terhadap pandangan-pandangan yang berbeda, tapi aku ingin lebih dari sekadar mengajarkan 'obyektivitas'; aku ingin mahasiswa-mahasiswaku meninggalkan kelas bukan saja sekadar mendapatkan informasi yang lebih baik, tapi lebih siap menghancurkan kebisuan, lebih siap untuk berbicara, lebih siap bertindak melawan ketidakadilan di mana pun mereka temukan itu. Hal tersebut, tentunya, merupakan resep untuk mengatasi berbagai masalah."


            Ketika Howard zinn menuliskan dalam bukunya People’s History of the United States yang memaparkan kebenaran penemu Amerika, masyarakat banyak yang tidak menerima dan malah menghujat dia.  Padahal maksud dari tulisannya tersebut adalah untuk menceritakan kebenaran dari ”hero” Amerika tersebut.  Tulisannya yang dianggap radikal oleh sebagian besar warga Amerika dikarenakan paradigma yang telah menancap di mindset mereka bahwa Columbuslah sang penemu Amerika, doktrin secara berkelanjutan tanpa kesadaran.  Mereka kurang percaya bahkan tidak percaya tentang isi dari tulisan tersebut. Lantas, kenapa sebagian besar masyarakat menolak kebenaran buku yang Zinn buat?  Apakah Howard Zinn memaparkan kekuatan buku itu secara gamblang atau tidak, masyarakat lah yang menanggapi. Sebab kekuatan buku yang dapat menceritakan kebenaran yang sebenarnya ini tergantung pada si penulisnya. Penulis yang baik menggunakan sumber-sumber bacaan dan informasi yang terpercaya dengan berdasarkan bukti yang ada. Hal ini menekankan bahwa membaca merupakan hal yang harus dilakukan sebelum orang tersebut dapat menulis dan menceritakan hal yang sebenarnya. Penyamapaian informasi yang salah dapat membuat cara pandang seseorang terhadap sesuatu akan salah pula.
            Jika benar bahwa Columbus bukanlah penemu Amerika, apakah Howard Zinn mampu memaparkan siapa penemu Amerika sesungguhnya? Suku Arawaks kah? Orang akan percaya sepenuhnya jika sanggahan itu disertai dengan alasan dan tentunya bukti yang kuat.  Dengan bukti yang kuat, mau tidak mau orang akan percaya, apalagi di dunia barat sana orang lebih cenderung ke analitisnya (beda dengan dunia Timur).  Jika itu rasional dan bisa masuk akal, maka dapatlah mereka menerima. Harusnya ketika Howard mengasumsikan bahwa Columbus hanyalah seorang penipu ulung, dia mampu menggantikan posisi siapakah yang pantas sebagai sang penemu Amerika saat itu. Apakah  itu Leif Ericson?; sang pelaut viking yang pernah menginjakkan kakinya di benua Amerika sebelum Columbus datang.  Namun, karena Leif bukanlah tokoh terkenal, hal-hal menyangkut penemuannya belum pernah tersebar luas, begitu pula tidak meninggalkan perubahan apa pun terhadap Amerika maka dia tidak patut di sebut sebagai tokoh penemu.  Ataukah Cheng Ho? Atau memang tokoh islam Khashshash bin Said bin Aswad? Atau tetap suku Arawaks? Mampukah menjawab kisah sejarah ini sedang banyaknya bukti-bukti penemuan dari masing-masingnya sama-sama mengutkan nama dari tokoh yang di gadang-gadang sebagai sang penemu?  Namun, sayangnya dalam penuturan historis, bias ini tidak seterang sebagaimana dalam penulisan peta. Sejarawan menulis seakan setiap pembaca punya sebuah kepentingan bersama yang tunggal. Para penulis tertentu seakan lupa bahwa produksi pengetahuan adalah alat tempur dalam antagonisme antar kelas sosial, ras, ataupun bangsa bangsa.
            Ihwal bahwa Columbus adalah orang yang kesekian kalinya yang menginjakkan kaki di Amerika, seorang yang kejam, perompak, pemerkosa dan lainnya.  Lalu bagaimana jika yang dimaksud dengan sang penemu itu adalah bukan yang pertama hidup di sana, tapi yang pertama membangun peradaban dan membawa perubahan dunia disana, yang merubah wajah lama menjadi baru?  Yang mana ketika Columbus datang ke barat, berbarengan dengan itu juga bangsa Indian hancur.  Dalam jangka panjang penemuan itu melahirkan satu bangsa baru di benua belahan barat.  Walhasil, Columbus membawa perubahan besar bagi bangsa-bangsa di Dunia Lama dan menciptakan Dunia Baru.  Sama tidak dengan jika seorang tabib yang menemukan obat herbal, lantas meninggal, kemudian datang dokter yang mengambil bahan-bahan alami (yang hanya ada 1) tersebut dan mengolahnya dengan olahan yang canggih namun berbahan baku sama.  Hasil obat Dokter itu lebih terkenal di banding obat tabib.  Nah, hasil akhir yang diketahui orang adalah obat dari racikan sang dokter.  Lantas, siapa yang layak disebut sebagai penemu tanaman itu?  Dengan dasar tanaman yang sama, namun bentuk berbeda. Sang tabib yang pertama menemukan tanaman ataukah Dokter yang hanya mengambil ulang tanaman tersebut namun berhasil membuat sebuah keyakinan bahwa itu adalah hasilnya?  Tentu, dokter lah yang akan di katakan sebagai penemu obat tersebut. Karena sang tabib sudah tidak dapat melakukan pembelaan, dia sudah meninggal/tidak ada maka sang dokter lah yang berkuasa. Walau, tabiblah yang menemukan tanamannya jauh lebih dahulu.  Suku Indian jauh terlebih dulu hidup di Amerika, namun kemudian hancur dan munculah perubahan besar Columbus yang tertanam di sana.  Perubahan baru inilah yang mungkin di klaim Columbus sebagai temuan.  Dan dia sebagai penemunya.
            Tidak sulit juga Columbus untuk melakukan “pengakuan” tersebut.  Dilihat dari akhlaknya yang pembunuh, perompak, pembohong, penipu, kejam dan lainnya sangatlah mungkin ia melakukan pengklaiman.  Dia menang di atas penghancuran bangsa Indian (melakukan genosida), dia menang diatas kebohongan pembodohan atas ketidaktahuan, dia menang diatas tipuan kabar keseluruh orang dengan hasil itu ia mendapat pengagungan dan pujian.  Dia menang diatas pengaplikasian akhlak buruknya terhadap dunia.  Namun, seperti yang dikatakan oleh Abraham Lincoln “Anda dapat membohongi sebagian orang untuk waktu yg lama, anda juga dapat membohongi semua orang untuk beberapa saat, tapi anda tidak bisa membohongi semua orang selamanya.”
            Dari paparan diatas maka dapatlah disimpulkan bahwa sejarah tidaklah bersifat statis.  Akan banyak perubahan manakala banyak ditemukan bukti-bukti yang lebih menguatkannya.  Seperti contoh diatas, ketika ditemukan bukti yang lebih jelas maka akan tergeserlah sejarah yang sekarang ada menjadi hasil sejarah baru.  Tidak hanya kasus Columbus saja yang mungkin akan merubah paradigma sejarah, baru-baru ini pun banyak kita lihat fakta-fakta baru bermunculan.  Seperti candi Borobudur yang dikabarkan adalah Istana nabi Sulaeman karena terdapat ukiran Basmallah di batunya.  Atau pun tentang Piramid yang katanya bukan dibangun oleh peradaban Mesir (masih dikaji oleh German).  Ini akan terus berlangsung seiring zaman yang semakin maju.
Buku sebagai salah satu alat penyebaran info pun akan terus diperbaharui seiring perubahan sejarah yang tercipta.  Mengenai kondisi Howard Zinn yang mendapat banyak pertentangan dari masa pro Columbus terdapat di kendala kebenaran yang dihadapi saat ini, orang seperti Howard Zinn, yang "tersesat" di jalan lurus tentang kejadian masa lalu, mungkin dianggap berimajinasi, sementara orang orang yang berdiri di "jalan yang sesat" dan meyakini jalan sesatnya sebagai jalan lurus, tentu akan mengatakan Zinn lah yang salah dan merekalah benar karena apa yang mereka katakan sejalan dengan kelurusan yang disepakati dunia.(Tetap menyatakan Columbussebagai sang hero,sang penemu)

Kesepakatan dunia ini bisa saja bila suatu hari harus memaksa pemikiran Zinn (yang tertuang dalam bukunya) yang tersesat di jalan yang lurus, untuk harus mengakui  jalan sesat mereka karena itulah kesepakatan lurus yang disepakati oleh Dunia.  Apapun itu, Zinn tetaplah seorang Howard Zinn. Penulis inspiratif dan aktivis yang teguh menerabas the road less travelled by.
           



REFERENSI

Hart, Michael H.  1989.  Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta: PT.  Dunia Pustaka Jaya
ArtikelHoward Zinn.  Speaking Truth to Power with Books
Paige, Gleen D.  2002.  Ilmu Politik Global tanpa Pembunuhan.  Center for Global Nonkilling

Internet

Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment