Thursday, March 6, 2014
Created By:
Wahyu Zulfa Lailah
Mendengar kata-kata miring yang ditujukan kepadanya, Columbus mendatangi mereka sambil membawa sebutir telur. Katanya, "Kalau kamu memang bisa melakukan seperti yang aku lakukan, sekarang tolong kamu buat supaya telur ini dapat berdiri tegak pada ujungnya."
Mendapat tantangan Columbus, orang-orang itu satu persatu mencoba memberdirikan telur itu. Semua mencoba dan semua gagal karena telur itu selalu terguling setiap dicoba untuk diletakkan pada posisi berdiri. Setelah berulang-ulang mencoba dan gagal, akhirnya mereka menyerah. "Kalau kalian menyerah, maka aku akan tunjukkan kepada kalian bagaimana membuat telur itu dapat berdiri di meja," kata Columbus.
Sejarah memiliki peranan penting dalam pembentukan identitas dan kepribadian bangsa
1. How can history help us make a living ?
(Bagaimana sejarah itu dapat menolong kita untuk hidup).
2. How can history help us become better person ?
(Bagaimana sejarah itu dapat menolong kita menjadi pribadi yang lebih baik)
Critical Review 2
DIKUPAS LEWAT SEJARAH !
Buku yang pernah dikatakan adalah jendela dunia
untuk kita semua , dengan membaca buku kita bisa mendapatkan ilmu yang banyak
dari suatu buku yang kita baca . Jadi membaca buku itu tidak lah ” MERUGIKAN “ membaca itu dapat mencapai ilmu
yang di baca, jadi kita semua harus atau pun wajib untuk membaca buku , membaca buku adalah
jendela dunia . Karena itu kita harus mengemal membaca buku . Dari
sebuah sumber menjelaskan bahwa membaca dapat mengubah hidup mereka yang suka
membaca buku karena beberapa alasan ini:
- Membaca memerlukan otak hingga menjadi aktif, mendorong neuron dan benar-benar membuat kita lebih pintar.
- Membaca menyebabkan dendrit (bagian dari neuron di mana kenangan yang disimpan) untuk membentuk, meningkatkan kapasitas memori.
- Membaca, karena memerlukan fokus, meningkatkan konsentrasi kita.
- Membaca, bila dilakukan untuk kesenangan, mengurangi stres dan baik untuk kesehatan secara keseluruhan.
- Membaca, karena itu membuat berpikir dan menerapkan apa yang telah dibaca, benar-benar meningkatkan keterampilan penalaran kita.
Hal tersebut sudah sangat jelas menjadi fakta yang juga setidaknya
membuat anak-anak cerdas karena rajin membaca. Mereka mampu meningkatkan daya
imajinasi, keterampilan dan penalaran disetiap apa yang dibacanya.
Jika dahulu membaca
hanya terfokus pada buku saja, maka saat ini membaca dapat dilakukan melalui
media internet seperti wikipedia, dan banyak artikel yang beragam kita peroleh
melalui media tersebut. Terlebih dengan kemudahan yang diberikan teknologi
internet saat ini kita bisa membaca artikel atau buku yang kita mau melalui
gadget ipad, tablet, maupun smartphone.
Namun, keberadaan
buku masih menjadi hal yang sangat penting. Karena tidak semua orang sempat
membaca dengan smartphone atau tidak semua orang mampu mengakses buku melalui
smartphone karena masalah jaringan internet.
Namun faktanya, di
milenia dimana orang bersentuhan hampir 24 jam dengan internet membuat
perubahan besar dalam dunia membaca. Dan inilah yang terjadi pada pelajar
dunia:
- Hanya 10% dari siswa menggunakan buku-buku dari perpustakaan untuk membantu mereka belajar
- 100% siswa menggunakan Wikipedia (Perpustakaan online terbesar) untuk belajar
- 80% siswa menggunakan jaringan sosial untuk membantu mereka belajar
- 55% siswa menggunakan layanan online untuk membantu mereka menulis makalah mereka
Meskipun demikian, membaca dimanapun lebih baik daripada
tidak membaca sama sekali. Begitu besar pengaruh membaca dapat mengubah hidup
manusia dari ketidak tahuan menjadi penuh wawasan. Dari kebodohan menjadi
kecerdasan. Itulah mengapa negara maju sangat memperhatikan membaca dan
perpustakaan.
Tanpa membaca buku atau tanpa
ada buku, dunia akan bodoh dan buta
huruf semakin banyak. Buku dapat dibaca bila ada kemauan untuk menjadi pintar,
buku yang baik dapat dicetak apabila artikelnya memuat wawasan yang dapat
mengguntungkan baik pembaca maupun pencetak, bila buku dicetak tidak memuat
standar wawasan akan menerumus pembaca kehal-hal pembodohan yang dapat merusak
akal sehat pembaca penerima informasi . saya terinspirasi dari buku yang
berjudul Speaking Truth to Power with Books , dimana penulisnya
adalah seorang sejarawan universitas boston dan
aktivis politik yang bernama Howard Zinn.
Dr. Zinn lahir di kota New York, 24 Agustus, 1922, anak
dari keluarga imigran Yahudi, edward Zinn, seorang pelayan, dan Jennie
(Rabinowitz) Zinn, ibu rumah tangga. Ia murid sekolah negeri New York dan
bekerja di Brooklyn Navy Yard , sebelum bergabung di Angkatan Udara selama
perang Dunia II. Ia bekerja sebagai pembom di Angkatan Udara Divisi ke-18, dan
dia "dianugerahi" tanda jasa dan pangkatnya naik menjadi letnan dua. Setelah
perang, Dr. Zinn bekerja serabutan hingga akhirnya mendaftarkan diri ke
Universitas New York dalam usia 27 tahun. Ia, yang menikahi Roslyn Shechter
pada tahu 1944, bekerja sebagai supir truk angkutan gudang untuk membiayai
kuliahnya. Ia menerima gelar sarjana mudanya dari uiversitas New York, kemudian
mendaftarkan diri pada program S1 dan doktoral bidang sejarah di Universitas
Colombia. Dr Zinn adalah instruktur di Upsala College dan dosen di Brooklyn
College sebelum bergabung di fakultas Spelman College di Atlanta, pada
tahun1956. Dia juga bekerja untuk lembaga penelitian sejarah perempuan kulit
hitam sebagai ketua departemen sejarah. Di antara muridnya adalah novelis Alice
Walker, yang menyebutnya sebagai "guru terbaik yang pernah ia miliki,"
dan juga Marian Wright Edelman, yang kemudian menjadi ketua lembaga bantuan
pendanaan untuk anak-anak.
Di bukunya terdapat artikel yang bisa
memotivasi para kaum mahasiswa agar menyukai membaca buku. Seperti disini menceritakan tentang
pengalamannya dulu , orang tuanya tidak
mempunyai buku satu pun , tetapi ketika berumur 14 tahun , beliau menemukan
buku di jalan, lalu beliau pun membacanya. Buku tersebut bisa mempengaruhi
hidupnya dan bisa merubah pemikirannya. Buku memang memiliki pengaruh yang besar terhadap perubahan dunia. Ini
dapat kita lihat jika minat membaca seseorang telah tumbuh dan ia membaca
sebuah buku yang membuat hidupnya akan menjadi lebih baik. Kehidupan seseorang
tersebut tentu akan berpengaruh kepada orang-orang disekitarnya. Jika telah berpengaruh
terhadap orang disekitarnya, tentu seiring dengan berjalannya waktu akan
mempengaruhi dunia pula. Dengan kata lain, buku yang dapat mengubah kehidupan
seseorang dapat pula mengubah dunia..
Howard Zinn menceritakan
sejarah colombus yang sebenarnya bahwa ia
adalah seorang maniak genosida yang mencetuskan apa yang mungkin menjadi kasus
terburuk genosida yang dilakukan satu bangsa manusia terhadap bangsa yang lain
, Dia adalah seorang pembunuh , pemerkosa ,
dan seseorang yang secara aktif berpartisipasi dalam genosida yang akhirnya
menyebabkan kematian dari 20 juta masyarakat adat di Indian di Haiti. Di
artikelnya tidak ada menceritakan kebaikan tentang colombus , beliau membuka
aslinya colombus seperti apa. Seperti judul artikelnya ini Speaking Truth to Power with Book. Arti dari Speaking Truth sendiri adalah
berbicara tentang kebenaran suatu keadaan
Selain bercerita mengenai
kehebatan buku yang mampu mengubah hidupnya, Howard Zinn juga menceritakan
sedikit tentang sisi lain dari Christoper Columbus yang tidak diketahui oleh
banyak orang. Ia menuliskannya dalam sebuah buku yang berjudul “A People’s History of United States”.
Buku yang ditulisnya menimbulkan kontroversi. Hal ini karena buku yang
ditulisnya sangat bertentangan dengan pengetahuan masyarakat luas yang
mengagungkan Christoper Columbus sebagai pahlawan, penemu hebat, pembaca Bibel
yang soleh. Para pembaca yang disuguhkan fakta bahwa Chrisoper Columbus adalah
seorang pembunuh, orang serakah yang mencari emas atau orang yang berkeinginan
memutilasi orang merupakan hal yang mengejutkan para pembaca bukunya.
Yang menarik dari buku Zinn tentu saja adalah keberaniannya untuk
mengungkap sisi gelap sejarah benua baru dan komitmen pada kaum subaltern dalam
definisi Spivak: mereka yang terpinggirkan dalam politik menarasikan sejarah.
Sasaran tembaknya tak tanggung tanggung: Christoper Colombus dan para
sejarahwan yang menulis versi lugu dari kedatangan para kolonis . Di
dalamnya termasuk sejarahwan Harvard, Samuel Elliot Morison.
Ada yang salah ketika para sejarahwan
menganggap profesi mereka sama dengan para kartografer, ujar Zinn. Pembuat peta
dengan sengaja menyederhanakan realitas, menunjukkan bagian yang perlu, dan
membuang yang tak penting terlihat. Itu yang membuat di peta Indonesia, kepulauan
kita jadi datar dan tak perlu ada gambar benua Amerika di sana. Namun
menulis sejarah adalah hal yang sungguh-sungguh berbeda. Ketika distorsi atau
bias para kartografer bersifat teknis, maka para sejarahwan biasnya tiada lain
adalah bias ideologis. Dalam kata-kata Zinn, setiap penekanan tertentu dalam
penulisan sejarah akan mendukung sebuah kepentingan. Bisa kepentingan politik, ekonomi,
rasial ataupun nasional. Namun sayangnya dalam penuturan historis, bias ini
tidak seterang sebagaimana dalam penulisan peta. Sejarahwan menulis seakan
setiap pembaca punya sebuah kepentingan bersama yang tunggal. Para penulis
tertentu seakan lupa bahwa produksi pengetahuan adalah alat tempur dalam
antagonisme antar kelas sosial, ras, ataupun bangsa bangsa.
Inilah kritik pedas Zinn pada Samuel
Elliot Morrison sang sejarahwan Harvard yang menulis buku seminal Christoper
Columbus, Mariner. Benar, Morison tak sedikitpun berbohong soal
kekejaman Columbus. Ia bahkan menyebut sang pelaut telah melakukan genosida
pada Indian Arawaks. Namun, tulis Zinn, fakta yang tertera di satu halaman ini
kemudian ia kubur dalam ratusan halaman lain yang mengagungkan kebesaran sang
pelaut. Keputusan untuk lebih menceritakan sebuah heroisme dan abai pada
penekanan fakta pembantaian masal yang terjadi pada suku Indian Arawaks
bukanlah sebuah kebutuhan teknis ala pembuat peta, namun murni pilihan
ideologis. Sebuah pilihan ideologis untuk menjustifikasi apa yang telah
terjadi, pungkas Zinn.
Seandainya Morison adalah seorang
politisi dan bukan sarjana, pilihan ideologis ini tak akan jadi begitu serius.
Namun justru karena fakta ini diceritakan oleh seorang intelektual, maka implikasinya
jadi begitu mematikan. Kita seakan diajarkan sebuah imperatif moral bahwa
pengorbanan, meski begitu tak manusiawi, itu perlu untuk sebuah kemajuan.
Morison seakan mengatakan dengan kalem bahwa benar telah terjadi pembantaian
pada suku Arawaks, namun fakta kecil itu tak sebanding dengan jasa dan
kepahlawanan Columbus bagi kita. Sense inilah yang kemudian
direproduksi di kelas pengajaran sejarah, dan buku pegangan para siswa.
Berangkat dari ketidaksetujuannya tersebut kemudian
Zinn menulis versi sejarah yang berbeda; sejarah dari sudut pandang orang-orang
kalah, alias sang pecundang. Jadilah ia bercerita tentang penemuan benua
Amerika dari kacamata suku Indian Arawaks, tentang Civil War sebagaimana
dialami oleh kaum Irlandia di New York, tentang perang Dunia pertama dilihat
dari pihak kaum Sosialis, dan tentang penaklukan Filipina menurut tentara kulit
hitam di Luzon.
Ada yang menarik ketika kita sebenarnya
juga bisa melempar kritik yang serupa pada Zinn. Bahwa ia juga sedang mengambil
sebuah pilihan ideologis dalam menulis sejarah, bahwa ia menekankan fakta fakta
yang ia suka dan melewatkan yang lain. Lalu apa bedanya ia dengan Morison? Zinn
sebenarnya tak lebih dari petinju dari sudut ring yang berbeda. Jika Morison
menulis dari kacamata sang pemenang, Zinn lah corong sang pecundang. Jawaban
pada kritik inilah yang menunjukkan kebesaran seorang Howard Zinn. Pertama, ia jujur dalam mengungkap
keberpihakannya. Zinn jelas tidak senaif mereka yang berbicara soal
objektifitas dalam narasi. Ia berpihak, dan sedari awal memperingatkan pembaca
tentang posisinya. Bab pertama bukunya sangat confessional, dan di
halaman 11 dari 729 halaman the People’s History ia menulis:
If history is to be creative, to anticipate a possible
future without denying the past, it should, I believe, emphasize new
possibilities by disclosing those hidden episodes of the past when, even if in
brief flashes, people showed their ability to resist, to join together,
occasionally to win. I am supposing, or perhaps only hoping, that our future
may be found in the past’s fugitive moments of compassion rather than in its
solid centuries of warfare.That, being as blunt as I can, is my approach to the
history of the United States. The reader may as well know that before going on.
Ini
membuat Zinn tidak berlagak pilon dalam bercerita, ia bias dan sadar bahwa
pembaca butuh tahu.
Sebagai masyarakat yang mengetahui
tentang sejarah dan berliterat. Tidak lah susah menjadikan buku sebagai sesuatu
kekuatan yang sampai mengubah kesadaran
seseorang. Sedangkan di Indonesia masih minimnya pengetahuan tentang sejarah
ditambah banyak orang – orang yang bermalas – malasan untuk membaca. Bagaimana
bisa menguak keadaan di negaranya pada masa lampau .
Mengenai buku ini
karena saya telah membacanya juga , saya
bisa memberikan pendapat , dalam menceritakan seorang colombus yang
diceritakannya hanya keburukannya, padahal dari colombus juga meninggalkan sejarah
seperti mengatakan bahwa dunia itu bulat. Dia mengatakan seperti itu karena dia
penjelajah dunia , dan ada pelajaran yang bisa ambil dari sekilas cerita
berikut , Walaupun banyak orang yang mengakui
pekerjaannya sebagai sebuah prestasi, ternyata tidak semua orang dapat
mengapresiasi dan menerima penghargaan yang diberikan atas kepeloporan
Columbus. Apapun motif yang ada di benaknya, mereka senantiasa mencela
Columbus. "Ah, kalau cuma melakukan perjalanan seperti itu aku juga bisa,
cuma aku saja yang nggak mau," kata mereka.
Mendengar kata-kata miring yang ditujukan kepadanya, Columbus mendatangi mereka sambil membawa sebutir telur. Katanya, "Kalau kamu memang bisa melakukan seperti yang aku lakukan, sekarang tolong kamu buat supaya telur ini dapat berdiri tegak pada ujungnya."
Mendapat tantangan Columbus, orang-orang itu satu persatu mencoba memberdirikan telur itu. Semua mencoba dan semua gagal karena telur itu selalu terguling setiap dicoba untuk diletakkan pada posisi berdiri. Setelah berulang-ulang mencoba dan gagal, akhirnya mereka menyerah. "Kalau kalian menyerah, maka aku akan tunjukkan kepada kalian bagaimana membuat telur itu dapat berdiri di meja," kata Columbus.
Maka
diambilnya telur itu, lalu diletakkannya dengan keras di meja sehingga bagian
bawahnya retak. Dan telur itupun dapat berdiri di atas meja. Melihat telur
dapat berdiri di meja tapi dilakukan dengan cara seperti itu, orang-orang
kemudian protes. "Kalau caranya seperti itu, kami semua juga dapat membuat
telur itu berdiri di atas meja."Columbus tersenyum berkata, "Kalau
kamu dapat melakukan seperti yang aku lakukan, mengapa kamu tidak melakukannya
sejak tadi..?"
Maksud
dari cerita itu kalau tidak berhati-hati
menjalani keseharian, kita bisa jatuh pada sikap seperti orang-orang yang mencela
Columbus , meremehkan sebuah prestasi hanya karena menganggap diri kita bisa
melakukan hal yang sama. Kadang kita lupa dan sering abaikan, "merasa
bisa" dan "terbukti bisa" adalah dua hal yang berbeda.
Di artikel
ini saya hanya mengetahui kekurangan seoranng colombus yang terkenal
kekejamannya, dan tidak mengetahui tentang kelebihannya seperti yang tergambar di sekilas cerita tadi.
Jadi di
artikel Howard Zinn, yang menarik dari buku Zinn tentu saja
adalah keberaniannya untuk mengungkap sisi gelap sejarah benua baru dan
komitmen pada kaum subaltern dalam definisi Spivak: mereka yang terpinggirkan
dalam politik menarasikan sejarah. Sasaran tembaknya tak tanggung tanggung Christoper
Colombus dan para sejarahwan yang menulis versi lugu dari kedatangan para
kolonis, dari situ kita bisa membuka
mata kita tentang sejarah.
Menjadi
seorang sejarahwan harus bisa menhabiskan waktunya dengan membaca buku ,
mempelajari sejarah sangat peting , manfaat belajar sejarah- ketika kita mempelajari dan
memahami Sejarah, Ada 3 Manfaat secara umum yang akan kita peroleh, diantaranya
yaitu :
1.Manfaat edukatif
1.Manfaat edukatif
Manfaat sejarah yang pertama adalah sebagai edukatif atau pelajaran.
banyak manusia yang belajar dari sejarah. Belajar dari pengalaman yang pernah
dilakukan. Pengalaman tidak hanya terbatas pada pengalaman yang dialaminya
sendiri, melainkan juga dari generasi sebelumnya.manusia melalui belajar dari
sejarah dapat mengembangkan potensinya. kesalahan pada masa lampau, baik
kesalahan sendiri maupun kesalahan orang lain coba dihindari.
2.Manfaat Inspiratif
Manfaat sejarah yang kedua adalah sebagai inspiratif. Berbagai kisah sejarah dapat
memberikan inspirasi pada pembaca dan pendengarnya. Belajar dari kebangkitan
nasional yang dipeloporii oleh bedirinya organisasi perjuangan yang
modern di awal abad ke-20, masyarakat Indonesia sekarang berusaha
mengembangkan kebangkitan nasional yang ke2. Pada kebangkitan nasional yang
pertama, bangsa indonesia berusaha merebut kemerdekaan yang sekarang ini sudah
dirasakan hasilnya. Untuk mengembangkan dan mempertahankan kemerdekaan,
bangsa indonesia ingin melakukan kebangkitan nasional yang ke-2, dengan
bercita-cita mengejar ketertinggalan dari bangsa asing. Bangsa indonesia tidak
hanya ingin merdeka, tetapi juga ingin menjadi bangsa yang maju, bangsa yang
mampu menyejahterakan rakyatnya. Untuk itu, bangsa indonesia harus giat
menguasai IPTEK karena melalui IPTEK yang dikuasai, bangsa indonesia
berpeluang menjadi bangsa yang maju dan disegani, serta daapat ikut serta
menjaga ketertiban dunia.
3.Manfaat Rekreatif
Manfaat
sejarah yang ketiga adalah sebagai kegunaan rekreatif. Manfaat sejarah sebagai
kisah dapat memberi suatu hiburan yang segar. Melalui penulisan kisah sejarah
yang menarik pembaca dapat terhibur. Gaya penulisan yang hidup dan komunikatif
dari beberapa sejarawan terasa mampu “menghipnotis” pembaca. Pembaca akan
merasa nyaman membaca tulisan dari sejarawan. Konsekuensi rasa senang dan daya
taraik penulisan kisah sejarah tersebut membuat pembaca menjadi senang. Membaca
menjadi media hiburan dan rekreatif. Membaca telah menjadi bagian dari
kesenangan. Membaca telah dirasakan sebagai suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan
yang untuk rekreatif. Pembaca dalam
mempelajari hasil penulisan sejarah tidak hanya merasa senang
layaknya membaca novel, tetapi juga dapat berimajiasi ke masa lampau.
Disini peran sejarawan dapat menjadi pemandu (guide). Orang yang
ingin melihat situasi suatu daerah di masa lampau dapat
membacanya dari hasil tulisan para sejarawan.
Sejarah memiliki peranan penting dalam pembentukan identitas dan kepribadian bangsa
Suatu
masyarakat atau bangsa tak mungkin akan mengenal siapa diri mereka dan
bagaimana mereka menjadi seperti sekarang ini tanpa mengenal sejarah. Sejarah
dengan identitas bangsa memiliki hubungan timbal-balik. Akar sejarah yang dalam
dan panjang akan memperkokoh eksistensi dan identitas serta kepribadi suatu
bangsa. Bangsa itu, karenanya, akan bangga dan mencintai sejarah dan
kebudayaannya. Nugent dalam bukunya Creative Huistory (1967) menjawab
pertanyaan mengapa kita perlu mempelajari sejarah dari dua segi,
1. How can history help us make a living ?
(Bagaimana sejarah itu dapat menolong kita untuk hidup).
2. How can history help us become better person ?
(Bagaimana sejarah itu dapat menolong kita menjadi pribadi yang lebih baik)
Setiap
orang adalah produk masyarakat dan masyarakat adalah produk masa lampau, ialah
produk sejarah. Dengan mempelajari sejarah kita akan mampu menghindari berbagai
kesalahan dan kekurangan masyarakat masa lampau untuk kemudian memperbaiki masa
depan.
Daftar Pustaka


Subscribe to:
Post Comments (Atom)