Thursday, March 6, 2014

DIKUPAS LEWAT SEJARAH !



Critical Review 2

 
DIKUPAS LEWAT SEJARAH !
                                        
 Buku   yang pernah dikatakan adalah jendela dunia untuk kita semua , dengan membaca buku kita bisa mendapatkan ilmu yang banyak dari suatu buku yang kita baca . Jadi membaca buku itu tidak lah  ” MERUGIKAN “ membaca itu dapat mencapai ilmu yang di baca, jadi kita semua harus atau pun wajib untuk membaca buku , membaca buku adalah jendela dunia . Karena itu kita harus mengemal membaca buku . Dari sebuah sumber menjelaskan bahwa membaca dapat mengubah hidup mereka yang suka membaca buku karena beberapa alasan ini:

  • Membaca memerlukan otak hingga menjadi aktif, mendorong neuron dan benar-benar membuat kita lebih pintar.
  • Membaca menyebabkan dendrit (bagian dari neuron di mana kenangan yang disimpan) untuk membentuk, meningkatkan kapasitas memori.
  • Membaca, karena memerlukan fokus, meningkatkan konsentrasi kita. 
  • Membaca, bila dilakukan untuk kesenangan, mengurangi stres dan baik untuk kesehatan secara keseluruhan.
  • Membaca, karena itu membuat berpikir dan menerapkan apa yang telah dibaca, benar-benar meningkatkan keterampilan penalaran kita.
Hal tersebut sudah sangat jelas menjadi fakta yang juga setidaknya membuat anak-anak cerdas karena rajin membaca. Mereka mampu meningkatkan daya imajinasi, keterampilan dan penalaran disetiap apa yang dibacanya. Jika dahulu membaca hanya terfokus pada buku saja, maka saat ini membaca dapat dilakukan melalui media internet seperti wikipedia, dan banyak artikel yang beragam kita peroleh melalui media tersebut. Terlebih dengan kemudahan yang diberikan teknologi internet saat ini kita bisa membaca artikel atau buku yang kita mau melalui gadget ipad, tablet, maupun smartphone. Namun, keberadaan buku masih menjadi hal yang sangat penting. Karena tidak semua orang sempat membaca dengan smartphone atau tidak semua orang mampu mengakses buku melalui smartphone karena masalah jaringan internet.
Namun faktanya, di milenia dimana orang bersentuhan hampir 24 jam dengan internet membuat perubahan besar dalam dunia membaca. Dan inilah yang terjadi pada pelajar dunia:
  • Hanya 10% dari siswa menggunakan buku-buku dari perpustakaan untuk membantu mereka belajar 
  • 100% siswa menggunakan Wikipedia (Perpustakaan online terbesar) untuk belajar
  • 80% siswa menggunakan jaringan sosial untuk membantu mereka belajar   
  • 55% siswa menggunakan layanan online untuk membantu mereka menulis makalah mereka
Meskipun demikian, membaca dimanapun lebih baik daripada tidak membaca sama sekali. Begitu besar pengaruh membaca dapat mengubah hidup manusia dari ketidak tahuan menjadi penuh wawasan. Dari kebodohan menjadi kecerdasan. Itulah mengapa negara maju sangat memperhatikan membaca dan perpustakaan.
Tanpa membaca buku atau tanpa ada buku,  dunia akan bodoh dan buta huruf semakin banyak. Buku dapat dibaca bila ada kemauan untuk menjadi pintar, buku yang baik dapat dicetak apabila artikelnya memuat wawasan yang dapat mengguntungkan baik pembaca maupun pencetak, bila buku dicetak tidak memuat standar wawasan akan menerumus pembaca kehal-hal pembodohan yang dapat merusak akal sehat pembaca penerima informasi . saya terinspirasi dari buku yang berjudul Speaking Truth to Power with Books , dimana penulisnya adalah seorang sejarawan universitas boston dan aktivis politik yang bernama Howard Zinn.
Dr. Zinn lahir di kota New York, 24 Agustus, 1922, anak dari keluarga imigran Yahudi, edward Zinn, seorang pelayan, dan Jennie (Rabinowitz) Zinn, ibu rumah tangga. Ia murid sekolah negeri New York dan bekerja di Brooklyn Navy Yard , sebelum bergabung di Angkatan Udara selama perang Dunia II. Ia bekerja sebagai pembom di Angkatan Udara Divisi ke-18, dan dia "dianugerahi" tanda jasa dan pangkatnya naik menjadi letnan dua. Setelah perang, Dr. Zinn bekerja serabutan hingga akhirnya mendaftarkan diri ke Universitas New York dalam usia 27 tahun. Ia, yang menikahi Roslyn Shechter pada tahu 1944, bekerja sebagai supir truk angkutan gudang untuk membiayai kuliahnya. Ia menerima gelar sarjana mudanya dari uiversitas New York, kemudian mendaftarkan diri pada program S1 dan doktoral bidang sejarah di Universitas Colombia. Dr Zinn adalah instruktur di Upsala College dan dosen di Brooklyn College sebelum bergabung di fakultas Spelman College di Atlanta, pada tahun1956. Dia juga bekerja untuk lembaga penelitian sejarah perempuan kulit hitam sebagai ketua departemen sejarah. Di antara muridnya adalah novelis Alice Walker, yang menyebutnya sebagai "guru terbaik yang pernah ia miliki," dan juga Marian Wright Edelman, yang kemudian menjadi ketua lembaga bantuan pendanaan untuk anak-anak.
 Di bukunya terdapat artikel yang bisa memotivasi para kaum mahasiswa agar menyukai membaca buku.  Seperti disini menceritakan tentang pengalamannya dulu , orang tuanya  tidak mempunyai buku satu pun , tetapi ketika berumur 14 tahun , beliau menemukan buku di jalan, lalu beliau pun membacanya. Buku tersebut bisa mempengaruhi hidupnya dan bisa merubah pemikirannya. Buku memang memiliki pengaruh yang besar terhadap perubahan dunia. Ini dapat kita lihat jika minat membaca seseorang telah tumbuh dan ia membaca sebuah buku yang membuat hidupnya akan menjadi lebih baik. Kehidupan seseorang tersebut tentu akan berpengaruh kepada orang-orang disekitarnya. Jika telah berpengaruh terhadap orang disekitarnya, tentu seiring dengan berjalannya waktu akan mempengaruhi dunia pula. Dengan kata lain, buku yang dapat mengubah kehidupan seseorang dapat pula mengubah dunia..
Howard Zinn menceritakan sejarah colombus yang sebenarnya bahwa ia adalah seorang maniak genosida yang mencetuskan apa yang mungkin menjadi kasus terburuk genosida yang dilakukan satu bangsa manusia terhadap bangsa yang lain , Dia adalah seorang pembunuh , pemerkosa , dan seseorang yang secara aktif berpartisipasi dalam genosida yang akhirnya menyebabkan kematian dari 20 juta masyarakat adat di Indian di Haiti. Di artikelnya tidak ada menceritakan kebaikan tentang colombus , beliau membuka aslinya colombus seperti apa. Seperti judul artikelnya ini Speaking Truth to Power with Book. Arti dari Speaking Truth sendiri adalah  berbicara tentang kebenaran suatu keadaan
Selain bercerita mengenai kehebatan buku yang mampu mengubah hidupnya, Howard Zinn juga menceritakan sedikit tentang sisi lain dari Christoper Columbus yang tidak diketahui oleh banyak orang. Ia menuliskannya dalam sebuah buku yang berjudul “A People’s History of United States”. Buku yang ditulisnya menimbulkan kontroversi. Hal ini karena buku yang ditulisnya sangat bertentangan dengan pengetahuan masyarakat luas yang mengagungkan Christoper Columbus sebagai pahlawan, penemu hebat, pembaca Bibel yang soleh. Para pembaca yang disuguhkan fakta bahwa Chrisoper Columbus adalah seorang pembunuh, orang serakah yang mencari emas atau orang yang berkeinginan memutilasi orang merupakan hal yang mengejutkan para pembaca bukunya.
Yang menarik dari buku Zinn tentu saja adalah keberaniannya untuk mengungkap sisi gelap sejarah benua baru dan komitmen pada kaum subaltern dalam definisi Spivak: mereka yang terpinggirkan dalam politik menarasikan sejarah. Sasaran tembaknya tak tanggung tanggung: Christoper Colombus dan para sejarahwan yang menulis versi lugu dari kedatangan para kolonis . Di dalamnya termasuk sejarahwan Harvard, Samuel Elliot Morison.
Ada yang salah ketika para sejarahwan menganggap profesi mereka sama dengan para kartografer, ujar Zinn. Pembuat peta dengan sengaja menyederhanakan realitas, menunjukkan bagian yang perlu, dan membuang yang tak penting terlihat. Itu yang membuat di peta Indonesia, kepulauan kita jadi datar dan tak perlu ada gambar benua  Amerika di sana. Namun menulis sejarah adalah hal yang sungguh-sungguh berbeda. Ketika distorsi atau bias para kartografer bersifat teknis, maka para sejarahwan biasnya tiada lain adalah bias ideologis. Dalam kata-kata Zinn, setiap penekanan tertentu dalam penulisan sejarah akan mendukung sebuah kepentingan. Bisa kepentingan politik, ekonomi, rasial ataupun nasional. Namun sayangnya dalam penuturan historis, bias ini tidak seterang sebagaimana dalam penulisan peta. Sejarahwan menulis seakan setiap pembaca punya sebuah kepentingan bersama yang tunggal. Para penulis tertentu seakan lupa bahwa produksi pengetahuan adalah alat tempur dalam antagonisme antar kelas sosial, ras, ataupun bangsa bangsa.
Inilah kritik pedas Zinn pada Samuel Elliot Morrison sang sejarahwan Harvard yang menulis buku seminal Christoper Columbus, Mariner. Benar, Morison tak sedikitpun berbohong soal kekejaman Columbus. Ia bahkan menyebut sang pelaut telah melakukan genosida pada Indian Arawaks. Namun, tulis Zinn, fakta yang tertera di satu halaman ini kemudian ia kubur dalam ratusan halaman lain yang mengagungkan kebesaran sang pelaut. Keputusan untuk lebih menceritakan sebuah heroisme dan abai pada penekanan fakta pembantaian masal yang terjadi pada suku Indian Arawaks bukanlah sebuah kebutuhan teknis ala pembuat peta, namun murni pilihan ideologis. Sebuah pilihan ideologis untuk menjustifikasi apa yang telah terjadi, pungkas Zinn.
Seandainya Morison adalah seorang politisi dan bukan sarjana, pilihan ideologis ini tak akan jadi begitu serius. Namun justru karena fakta ini diceritakan oleh seorang intelektual, maka implikasinya jadi begitu mematikan. Kita seakan diajarkan sebuah imperatif moral bahwa pengorbanan, meski begitu tak manusiawi, itu perlu untuk sebuah kemajuan. Morison seakan mengatakan dengan kalem bahwa benar telah terjadi pembantaian pada suku Arawaks, namun fakta kecil itu tak sebanding dengan jasa dan kepahlawanan Columbus bagi kita. Sense inilah yang kemudian direproduksi  di kelas pengajaran sejarah, dan buku pegangan para siswa.
Berangkat dari ketidaksetujuannya tersebut kemudian Zinn menulis versi sejarah yang berbeda; sejarah dari sudut pandang orang-orang kalah, alias sang pecundang. Jadilah ia bercerita tentang penemuan benua Amerika dari kacamata suku Indian Arawaks, tentang Civil War sebagaimana dialami oleh kaum Irlandia di New York, tentang perang Dunia pertama dilihat dari pihak kaum Sosialis, dan tentang penaklukan Filipina menurut tentara kulit hitam di Luzon.
Ada yang menarik ketika kita sebenarnya juga bisa melempar kritik yang serupa pada Zinn. Bahwa ia juga sedang mengambil sebuah pilihan ideologis dalam menulis sejarah, bahwa ia menekankan fakta fakta yang ia suka dan melewatkan yang lain. Lalu apa bedanya ia dengan Morison? Zinn sebenarnya tak lebih dari petinju dari sudut ring yang berbeda. Jika Morison menulis dari kacamata sang pemenang, Zinn lah corong sang pecundang. Jawaban pada kritik inilah yang menunjukkan kebesaran seorang Howard Zinn.        Pertama, ia jujur dalam mengungkap keberpihakannya. Zinn jelas tidak senaif mereka yang berbicara soal objektifitas dalam narasi. Ia berpihak, dan sedari awal memperingatkan pembaca tentang posisinya. Bab pertama bukunya sangat confessional, dan di halaman 11 dari 729 halaman the People’s History ia menulis:
If history is to be creative, to anticipate a possible future without denying the past, it should, I believe, emphasize new possibilities by disclosing those hidden episodes of the past when, even if in brief flashes, people showed their ability to resist, to join together, occasionally to win. I am supposing, or perhaps only hoping, that our future may be found in the past’s fugitive moments of compassion rather than in its solid centuries of warfare.That, being as blunt as I can, is my approach to the history of the United States. The reader may as well know that before going on.
Ini membuat Zinn tidak berlagak pilon dalam bercerita, ia bias dan sadar bahwa pembaca butuh tahu.
            Sebagai masyarakat yang mengetahui tentang sejarah dan berliterat. Tidak lah susah menjadikan buku sebagai sesuatu kekuatan yang  sampai mengubah kesadaran seseorang. Sedangkan di Indonesia masih minimnya pengetahuan tentang sejarah ditambah banyak orang – orang yang bermalas – malasan untuk membaca. Bagaimana bisa menguak keadaan di negaranya pada masa lampau .
Mengenai buku ini karena saya telah membacanya juga ,  saya bisa memberikan pendapat , dalam menceritakan seorang colombus yang diceritakannya hanya keburukannya, padahal dari colombus juga meninggalkan sejarah seperti mengatakan bahwa dunia itu bulat. Dia mengatakan seperti itu karena dia penjelajah dunia , dan ada pelajaran yang bisa ambil dari sekilas cerita berikut , Walaupun banyak orang yang mengakui pekerjaannya sebagai sebuah prestasi, ternyata tidak semua orang dapat mengapresiasi dan menerima penghargaan yang diberikan atas kepeloporan Columbus. Apapun motif yang ada di benaknya, mereka senantiasa mencela Columbus. "Ah, kalau cuma melakukan perjalanan seperti itu aku juga bisa, cuma aku saja yang nggak mau," kata mereka.


             Mendengar kata-kata miring yang ditujukan kepadanya, Columbus mendatangi mereka sambil membawa sebutir telur. Katanya, "Kalau kamu memang bisa melakukan seperti yang aku lakukan, sekarang tolong kamu buat supaya telur ini dapat berdiri tegak pada ujungnya."
Mendapat tantangan Columbus, orang-orang itu satu persatu mencoba memberdirikan telur itu. Semua mencoba dan semua gagal karena telur itu selalu terguling setiap dicoba untuk diletakkan pada posisi berdiri. Setelah berulang-ulang mencoba dan gagal, akhirnya mereka menyerah. "Kalau kalian menyerah, maka aku akan tunjukkan kepada kalian bagaimana membuat telur itu dapat berdiri di meja," kata Columbus.
Maka diambilnya telur itu, lalu diletakkannya dengan keras di meja sehingga bagian bawahnya retak. Dan telur itupun dapat berdiri di atas meja. Melihat telur dapat berdiri di meja tapi dilakukan dengan cara seperti itu, orang-orang kemudian protes. "Kalau caranya seperti itu, kami semua juga dapat membuat telur itu berdiri di atas meja."Columbus tersenyum berkata, "Kalau kamu dapat melakukan seperti yang aku lakukan, mengapa kamu tidak melakukannya sejak tadi..?"
Maksud dari cerita itu  kalau tidak berhati-hati menjalani keseharian, kita bisa jatuh pada sikap seperti orang-orang yang mencela Columbus , meremehkan sebuah prestasi hanya karena menganggap diri kita bisa melakukan hal yang sama. Kadang kita lupa dan sering abaikan, "merasa bisa" dan "terbukti bisa" adalah dua hal yang berbeda.
Di artikel ini saya hanya mengetahui kekurangan seoranng colombus yang terkenal kekejamannya, dan tidak mengetahui tentang kelebihannya seperti  yang tergambar di sekilas cerita tadi.

Jadi di artikel Howard Zinn, yang menarik dari buku Zinn tentu saja adalah keberaniannya untuk mengungkap sisi gelap sejarah benua baru dan komitmen pada kaum subaltern dalam definisi Spivak: mereka yang terpinggirkan dalam politik menarasikan sejarah. Sasaran tembaknya tak tanggung tanggung Christoper Colombus dan para sejarahwan yang menulis versi lugu dari kedatangan para kolonis,  dari situ kita bisa membuka mata kita tentang sejarah.


Menjadi seorang sejarahwan harus bisa menhabiskan waktunya dengan membaca buku , mempelajari sejarah sangat peting , manfaat belajar sejarah- ketika kita mempelajari dan memahami Sejarah, Ada 3 Manfaat secara umum yang akan kita peroleh, diantaranya yaitu :
1.Manfaat edukatif
Manfaat sejarah yang pertama adalah sebagai edukatif atau pelajaran. banyak manusia yang belajar dari sejarah. Belajar dari pengalaman yang pernah dilakukan. Pengalaman tidak hanya terbatas pada pengalaman yang dialaminya sendiri, melainkan juga dari generasi sebelumnya.manusia melalui belajar dari sejarah dapat mengembangkan potensinya. kesalahan pada masa lampau, baik kesalahan sendiri maupun kesalahan orang lain coba dihindari.

2.Manfaat Inspiratif
Manfaat sejarah yang kedua adalah sebagai inspiratif. Berbagai kisah sejarah dapat memberikan inspirasi pada pembaca dan pendengarnya. Belajar dari kebangkitan nasional yang dipeloporii oleh bedirinya organisasi perjuangan yang modern  di awal abad ke-20, masyarakat Indonesia sekarang berusaha mengembangkan kebangkitan nasional yang ke2. Pada kebangkitan nasional yang pertama, bangsa indonesia berusaha merebut kemerdekaan yang sekarang ini sudah dirasakan hasilnya. Untuk mengembangkan dan mempertahankan kemerdekaan, bangsa indonesia ingin melakukan  kebangkitan nasional yang ke-2, dengan bercita-cita mengejar ketertinggalan dari bangsa asing. Bangsa indonesia tidak hanya ingin merdeka, tetapi juga ingin menjadi bangsa yang maju, bangsa yang mampu menyejahterakan rakyatnya. Untuk  itu, bangsa indonesia harus giat menguasai IPTEK  karena melalui IPTEK yang dikuasai, bangsa indonesia berpeluang menjadi bangsa yang maju dan disegani, serta daapat ikut serta menjaga ketertiban dunia.
3.Manfaat Rekreatif
Manfaat sejarah yang ketiga adalah sebagai kegunaan rekreatif. Manfaat sejarah sebagai kisah dapat memberi suatu hiburan yang segar. Melalui penulisan kisah sejarah yang menarik pembaca dapat terhibur. Gaya penulisan yang hidup dan komunikatif dari beberapa sejarawan terasa mampu “menghipnotis” pembaca. Pembaca akan merasa nyaman membaca tulisan dari sejarawan. Konsekuensi rasa senang dan daya taraik penulisan kisah sejarah tersebut membuat pembaca menjadi senang. Membaca menjadi media hiburan dan rekreatif. Membaca telah menjadi bagian dari kesenangan. Membaca telah dirasakan sebagai suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan yang untuk rekreatif.  Pembaca dalam mempelajari hasil penulisan sejarah tidak hanya merasa senang  layaknya  membaca novel, tetapi juga dapat berimajiasi ke masa lampau. Disini peran sejarawan  dapat menjadi pemandu (guide). Orang yang ingin  melihat situasi  suatu daerah  di masa lampau  dapat membacanya dari hasil tulisan para sejarawan.

Sejarah memiliki peranan penting dalam pembentukan identitas dan kepribadian bangsa
Suatu masyarakat atau bangsa tak mungkin akan mengenal siapa diri mereka dan bagaimana mereka menjadi seperti sekarang ini tanpa mengenal sejarah. Sejarah dengan identitas bangsa memiliki hubungan timbal-balik. Akar sejarah yang dalam dan panjang akan memperkokoh eksistensi dan identitas serta kepribadi suatu bangsa. Bangsa itu, karenanya, akan bangga dan mencintai sejarah dan kebudayaannya. Nugent dalam bukunya Creative Huistory (1967) menjawab pertanyaan mengapa kita perlu mempelajari sejarah dari dua segi,

1. How can history help us make a living ?

(Bagaimana sejarah itu dapat menolong kita untuk hidup).

2. How can history help us become better person ?

(Bagaimana sejarah itu dapat menolong kita menjadi pribadi yang lebih baik)
Setiap orang adalah produk masyarakat dan masyarakat adalah produk masa lampau, ialah produk sejarah. Dengan mempelajari sejarah kita akan mampu menghindari berbagai kesalahan dan kekurangan masyarakat masa lampau untuk kemudian memperbaiki masa depan.



Daftar Pustaka





Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment