Sunday, February 16, 2014

Awal yang Indah



Class Review I
Jumat, 07 Februari 2014

Awal Yang Indah
            Mengawali dengan bismillah, mengikuti mata kuliah writing 4, dengan sejuta harapan baru untuk menjadi lebih baik dari semester kemarin. Banyak sekali pelajaran dan pengalaman yang dapat saya ambil dari semester sebelumnya. Kesalahan memang sudah seharusnya sebagai acuan untuk lebih baik lagi, seperti saya pada saat UAS mata kuliah Phonology kemarin, ketika sedang menyampaikan shortcut didepan kelas, tiba-tiba rasa gugup datang dan semuanya buyar. Masih teringat sekali Mr.Lala Bumela bertanya kepada saya kenapa semua hal itu terjadi, dan beliau berfikir bahwa saya kurang persiapan, padahal setiap waktu saya belajar, membaca dan menghafalnya, tetapi hasilnya tidak memuaskan sekali karena gugup. Dari itu saya mendapatkan nilai yang kurang, berbeda dengan yang lain yang bisa dibilang the best pada semester lalu, karena beliau sendiri mengatakan, tidak sembarangan memberikan nilai. Ingin sekali mendapatkan nilai tinggi, begitupun usaha saya harus bisa menjadi lebih baik.

            Seperti biasa, mengikuti mata kuliah Mr.Lala bukan main-main dan harus fokus mengikuti pengajarannya, seperti yang beliau katakan, bahwa di writing 4 ini level kita harus tinggi, beliau menggunakan pengajaran level tinggi. Ada beberapa referensi buku yang harus dipelajari:
·         Alwasilah, A.C. (2012) Pokoknya Rekayasa Literasi. Bandung: Kiblat Buku Utama dan Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.
·         Anderson, M, and Anderson,K. (1997) Text Type in English. South Yarra: Macmillan Education Australia.
·         Bailey, S. (2006). Academic Writing: A Handbook for International Students (2nd ed.). New York: Routledge
·         Bordman, C.A., & Frydenberg, J. (2008). Writing and Communicate Paragraphs and Essays (3rd ed.). Whiteplains, NY: Pearson Education

Di semester ini juga ada yang berbeda yaitu blog, mahasiswa diharuskan mengpostkan tugas-tugas yang sudah dikerjakan, setelah tugas di acc Mr.Lala, diberikan kesempatan tiga hari setelah pengajaran, dan itu wajib. Jadi, setiap mahasiswa akan mempunyai dua pekerjaan, pertama menulis dan kedua mengetik. Membutuhkan banyak energi agar jari-jari tidak cepat lelah. Beliau mengatakan bahwa, kita bisa mempunyai laporan dan bahan bacaan yang bagus dari opini/pemikiran banyak orang yang pasti akan berbeda-beda, dari blog tersebut dan itu berguna untuk bahan bacaan siapapun, dan dari tulisan-tulisan tersebut kita dapat melihat kualitas mahasiswa IAIN yang dapat menerbitkan postingan-postingan setiap munggunya.
Pendapat Maria Popova tentang menulis, bahwa dengan menulis dapat menjadikan kita lebih baik, walaupun Maria juga merasakan hal yang tidak mengenakan tetapi hasilnya menakjubkan. Bukankah semua pekerjaan akan menyenangkan jika awalnya kita melakukan hal tersebut karena suka, dan apabila kita sudah mencintai apa yang kita lakukan akan merasa ringan dan bukan beban. Dari SD saya sudah terbiasa menulis tetapi hanya menulis ala kadarnya, menceritakan apapun didalam buku, tentang rasa, kejadian, harapan, situasi dll.
Kontrak Belajar
1.      Setiap mahasiswa harus mempunyai passport yang isinya class review dan chapter review sebagai tambahan atau PR tidak boleh kurang 10 halaman. Chapter review ditulis menggunakan bahasa Indonesia tidak boleh yang lain.
2.      Tidak boleh telat
3.      Tidak boleh menggunakan HP ketika belajar sedang berlangsung tanpa seizin dari dosen.

Academik Writing

Mahasiswa harus menunjukkan bahwa ia mengerti dan dapat berfikir kritis tentang topiknya, bisa dengan cara apapun, seperti membandingkan dengan argumen teman dan memiliki opini yang logis dan juga mempunyai alasan dan bukti nyata.
Hylland 2003, Language, that ability to write effectively is something that requires expensive and specialised instruction
Kemampuan menulis yang efektif adalah sesuatu yang memiliki banyak jam terbang dan topik yang luas.

Di writing 4 ini, kita akan belajar mengenai menulis akademik, bukan tentang Narrative lagi yang didalamnya hanya untuk menghibur pembaca, tetapi sekarang lebih serius. Untuk tugas, saya diberikan tugas membuat class review dan appetizer essay untuk diperiksa dipertemuan kedua, dan tentang appetizer essay itu sama saja seperti opinion essay. Saya akan mengerjakan tiga teks atau judul sekaligus yaitu: (Bukan) Bangsa Penulis, Powerfull Writers Versus the Helpless Readers (Penulis Kuat Dibandingkan Pembaca Tak Berdaya), dan Learning and Teaching Process: More About Readers and Writers (Belajar dan Proses Mengajar: Lebih Lanjut tentang pembaca dan Penulis). Dibutuhkan tenaga yang ekstra untuk mengerjakan ini, dan pada hari Senin,10 Februari 2014 seperti biasa membahas bersama teman-teman dimasjid lantai 2, agar lebih mudah karena semuanya bekerja dan mengeluarkan opininya masing-masing dari teks tersebut.
Semoga pertemuan awal ini berartikan awal yang baik, dan akan berlanjut dengan baik sampai akhir nanti. Untuk menjadi lebih baik membutuhkan usaha dan perjuangan yang keras, dan saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi lebih baik.







Appetizer Essay

1.      (Bukan) Bangsa Penulis
Dari judul diatas dan berkali-kali saya membaca topik yang ada didalamnya, bahwa menurut Dirjen Pendidikan Tinggi yang selaku orang pertama yang bertanggung jawab merasa “jengkel” dikarenakan mayoritas sarjana lulusan PT kita tidak bisa menulis, dikarenakan para dosennya juga tidak bisa menulis.
·         Dirjen juga membandingkan Indonesia dengan Malaysia tentang karya ilmiah, dan meragukan Indonesia bisa mengimbangi Malaysia dengan menerbitkan 80 ribu judul buku pertahun, karena mayoritas sarjana di republik ini tidak bisa menulis.
·         Dirjen juga mengatakan bahwa menulis jurnal (artikel) itu adalah kemampuan membaca dan menulis(literasi) tingkat tinggi, karena dengan demikian banyak sekali pengetahuan yang akan masuk dan diproduksi.
·         Membandingkan pendidikan di Indonesia dan AS
Seperti yang saya tahu, pendidikan di Indonesia dan AS memang sangat berbeda sekali. Di Indonesia dilihat dari hasil sedangkan di AS dari prosesnya, dan keduanya memiliki penerapan sistem pendidikan yang berbeda. Di Indonesia masih menerapkan sistem pendidikan yang rendah sehingga benar apa yang dikatakan Dirjen Pendidikan Tinggi bahwa mayoritas mahasiswa dan dosen di Indonesia tidak bisa menulis, karena sistem pendidikan itu sendiri. Jika dibandingkan dengan AS tidak ada apa-apanya, mereka sudah terbiasa menulis sehingga tidak perlu membuat skripsi, tesis dan disertasi.
Dari semua itu , Indonesia juga bisa mempunyai buku sendiri jika diterapkan sedini mungkin untuk menulis essay, laporan observasi, review buku, banyak membaca karya sastra, koran agar terlatih dan bisa menulis. Harusnya yang menjadi dosen juga bukan dosen asal-asalan, tetapi dosen yang bisa menjadikan mahasiswanya menulis, karena dosen yang bisa menulis adalah sebenar-benarnya dosen, dan jangan bermimpi menjadi dosen jika tidak bisa menulis.

2.      Powerful Writers Versus the Helpless Readers
(Penulis Kuat dibandingkan Pembaca tak berdaya)
·         Hampir 95% siswa saya menyalahkan diri mereka sendiri.
·         Mereka mengatakan bahwa mereka tidak memiliki latar belakang membaca yang tepat.
·         Keahlian penulis sangat tinggi.
·         Angksa tersebut masih diluar kapasitas mereka sebagai pelajar baru.
·         Retorika itu terlalu rumit.
·         Mereka tidak bisa berkonsentrasi saat membaca.
Ø  Dari tulisan tersebut saya berpendapat bahwa, seharusnya dosen lulusan lokal ataupun lulusan dari luar negeri bisa menerbitkan buku teks sendiri untuk bahan bacaan para siswa-siswinya, jangan mengandalkan pengalaman saja dan tidak mengacu dari buku import. Gelar PHD yang baru kembali dari luar negeri sering menggunakan buku teks favorit mereka yang terlalu canggih untuk mahasiswa, sehingga memperlakukan mereka seolah-olah sudah kandidat doktor.
Menggunakan buku teks import juga dapat mencuci otak mahasiswa, bahwa bahasa Nasional kita tidak cukup canggih untuk menjadi bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi. Satu-satunya jalan adalah menulis buku sendiri.

3.      Learning and Teaching Process: More about Readers and Writers
(Belajar dan Proses Mengajar: Lebih lanjut tentang Pembaca dan Penulis)
·         Chaedar Alwasilah: Kurang puas dengan sistem pendidikan di Indonesia terutama kurikulum
Ada satu penelitian di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung pada 2 Februari menunjukkan bukti mengejutkan, siswa tidak mampu mengidentifikasi tema utama potongan prosa Indonesia langsung, dalam pemeriksaan pilihan ganda disebabkan oleh guru yang tidak berkompeten.

Lagi-lagi, siswa atau mahasiswa tidak bisa apa-apa mengenai literasi.Banyak sekali yang harus digaris bawahi tentang pendidikan bangsa ini, karena literasi bangsa kita yang sudah salah pakrah dalam penerapannya. Dimulai dari sistem pendidikan yang masih rendah dibandingkan negara-negara lain, yang hanya menghasilkan lulusan-lulusan yang mengajarkan ilmu orang lain atau bahan bacaan orang lain. Seharusnya sistem pendidikan harus diubah agar lulusan-lulusan bisa menulis dan dapat menerbitkan buku teks sendiri. Menulis berorientasi harus diterapkan sedini mungkin agar anak bangsa terlatih dalam menulis, dan menjadi penulis intelektual.

Pada intinya, pendidikan itu penting yang menunjukkan kualitas bangsa, literasi yang baik akan menghasilkan bangsa yang baik juga. Semua tergantung pada sejarah yang sudah ada sejak dulu, sebagai bangsa penerus hanya mencoba berkembang dan menjadi lebih baik lagi, untuk kehidupan bangsa selanjutnya agar tidak mrnjadi bangsa yang bodoh dan pasif.
Kesimpulannya, sistem pendidikan di Indonesia harus diubah, agar tidak menjadi (Bukan) bangsa penulis, para dosen harus mampu menerbitkan buku teks sendiri, agar mahasiswa tidak kewalahan menggunakan buku import, menjunjung tinggi literasi karena itu cerminan bangsa.

Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment