Sunday, March 30, 2014

KOMPOSISI LITERASI

Nama : Nur Komariyah
Kelas : PBI- D
Class Review 7

KOMPOSISI LITERASI
            Udara pagi yang segar itu kian terasa disaat ku awali pagi ini dengan normal seperti biasanya tidakada istilah “terburu-buru” pagi itu, yang ada hanyalah semuanya berjalan apa adanya. Hari jum’at tibalah saatnya mata kuliah Writing and Speaking 4 dimulai. Betul sekali jum’at keramat dipagi itu terdapat ritual pembelajaran writing untuk anak PBI-D tepat tanggal 21 Maret 2014, kami berkumpul di ruang 46 dilantai tiga untuk menggali harta karun sebuah pengetahuan. Hari itu saya bersyukur karena semuanya berjalan lancer dan tidak ada masalah. Mengapa demikian karena saya tidak tergesa-gesa ataupun terburu-buru untuk mengikuti mata kuliah Writing and Speaking 4.

            Ritual pagi ini dimulai dengan menabsen semua peserta didik PBI-D. Setelah semua diabsen barulah kami semua mengeluarkan barang-barang yang digunakan untuk melakukan ritual Writing seperti halnya tugas free writing, buku, dan ilmu ajaib. Setelah itu Mr. Lala kemudian menunjukkan sebuah sajian powerpoint dengan mempunyai judul Peer Review is a Must. Seperti biasa sebelum masuk kemateri Mr. Lala berpesan bahwa Class Review untuk PBI-D perlu ditingkatkan lagi untuk menunjukkan bahwa kalian tidak ketinggalan dengan kelas lainnya dan menunjukkan kalau writingnya sedang menuju akademik purpose. Setelah itu kita menuliskan style apa yang digunakan untuk refereni yang di sambungkan dengan apa yang kita tulis.
            Kemudian slide kedua yakni berjudul Last Week. Di slide ini terdapat beberapa poin diantaranya adalah : one of the author’s main task is to uncover new possibilities of understanding. Kemudian kita harus menghindari instanity karena harus sabar makna dalam menulis banyak hal. Senjutnya reaching out those new forms of understanding include three crucial phases Emulate – Discover – Create. (pemahaman saya = new understanding). Menulis juga harus memunculkan Episentru, yang dalam istilah geografi adalah pusat gempa yang deep down sea. Sehingga dalam tulisan terdapat pusat gempa atau ketertarikan dalam sebuah tulisan.
            Kemudian Writing ia a matter of creating affordances and exploring the meaning potensials. Maksudnya adalah potensi makna (meaning making practice). Contohnya latar belakang colombus misalnya adalah keluarganya + inisiasi dialog pembaca. Writing is a seomogenis. Teks mempunyai gravitasi (daya tarik) sehingga Episentrum + Gravitasi bisa dikawinkan dan terakhir Thesis Statement is a very crucial miles tone for making dialog with the expected reader milestone disini yaitu banyak penulis gagal di thesis statementnya.
            Di slide selanjutnya mempunyai garis besar tentang The flame that fires up my soul. Didalam slide tersebut berisikan tentang Milan Kundera comments (in L’Art duroman, 1996) : to write, means for the poet to crush the wall behind which something that “was always there” hides. Yang berarti bahwa untuk menulis makna dari sastrawan yang meluluhlantahkan diding yang menyembunyikan sesuatu. Crush disini ada sesuau yang dihilangkan, disamarkan. Sejak zaman Aristotele, para sastrawan selalu menakuti pemerintah dengan cara mengkritiknya. Jadi bisa di gambarkan :
HISTORIAN – LINGUISTICK – POET = LITERACY.
            In this respect, the task of the poet is not different from the work of history, which also discovers rather than invents. Invents = scientist. Nah tugas kita adalah discover dengan pemaknaan baru (discovering). History, Like poets, uncovers, in ever new situations, the human possibilities here to fore hidden. Di slide selanjutnya, terdapat garus besar mengenai Another Source of Inspiration. Di dalam nya mengutip tentang “What history does matter of factly, is a mission for the poet”. To rise to this mission, the poet must refuse service to the truths known beforehand, truth already ‘obvious’ because floating on the surface akan menolak asumsi-asumsi di masyarakat kebenaran-kebenaran yang melayang di permukaan.
            Since history is the endless process of human creation, is it not for the same reason (and by the same token) the unending process of human self-discovery?. Proses penciptaan manusia yang tidak akan berhenti dan proses untuk penemuan jati diri. Slide selanjutnya berjudul What We Will Do Today : ternyata semuanya dilakukan peer reviewing within and hour 45 mins (saya mereview punya suneti alawiyah) dan begitupun selanjutnya. Kemudian “What to asses include two basic parameters : Unity – Coherence (See the detail in the supplementary material). Dan “What if propose this : 40% UNITY and 60% for Coherence”.
            Barulah waktu yang seharus nya 45 menit, kami hanya diminta pak lala untuk menggunakan waktu 30 menit untuk mempeer – review punya masing-masing kelompok yang terdiri dari dua orang. Kebetulan patnerku adalah suneti alawiyah sehingga saya mereview free writing milik dia dengan judul “Howard Zinn : Influential Mutilation of American History”. Free writingnya sudah menarik karena thesis statementnya di beri Aksen. Mr.lala pun memeriksa Class Review enam kami. Setelah 30 menit berlalu Mr.lala menunjuk beberapa orang untuk mengumpulkan hasil dari Peer review. Alhamdulillah nya Generic Structure kami PBI – D sebagian besar sudah benar dan Mr.lala meminta kami untuk mengeksplisit kan bagian-bagian tertentu diantaranya :
            Introduction.
→ This paper offer a critical in sight / perspective on Howard Zinn’s article entitled “Speaking Truth to Power with Book”.
            Jadi Introduction dibagian ini diberi aksen thesis statementnya harus ada serta memasukan article Howard Zinn “Speaking Truth to Power with Book”.
Selanjutnya adalah bagian Summary :
·         There are several basic points that Zinn wrote on Colombus, whom we ridicolusly perceive as the hero/ the discoverer of Amerika.
First       . . . . .
Second  . . . . .
Third     . . . . .
            Jadi di summary ini kita menuliskan beberapa point dasar dari Artikel Zinn mengenai Colombus dan kalau bisa di eksplisithan lagi. Selanjutnya lagi adalah bagian Critique :
·         There are four points on Colombus that are neglected in Zinn’s article.
First       . . . . .
Second  . . . . .
Third     . . . . .
Fourth   . . . . .
            Jadi dibagian Critique ini kita menuliskan beberapa point dalam Colombus yang dilupakan di article Zinn tersebut. Dan terakhir adalah bagian Conclusion :
·         There are two basic points that can be concluded from Zinn’s article . . . .

Kesalahan yang saya buat adalah menuliskan bagian Critique dengan menuliskan bagian Content di free writing saya. Sehingga saya dapat menyimpulkan pertemuan ke tujuh ini peer review sangat di butuhkan untuk mempercantik sebuah kualitas buku, entah dari grammarnya ataupun contentnya. Dan untuk new forms of Understanding mencaukp emulate – discover – create. Pemberian aksen dan thesis Statement yang kuat akan memberikan sesuatu yang berbeda. Historian = Linguistik = Poet mempunyai misi yang sama dan merupakan sebuah basic dari LITERASI.

Mungkin cukup sekian Class Review tujuh dari Nur Komariyah, kurang lebihnya saya ucapkan terimakasih kepada Mr.lala Bumela yang telah menjadikan saya lebih terbuka lagi wawasannya.

Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment