Saturday, February 15, 2014
Created By:
Ummi Kulsum
CLASS REVIEW 1
A highlight on writing 4 course
What are our current challenges?
A Simple Reminder
L2 Writing Teaching Includes
Description
Writing a Critical Review
A Brand-New Day
Ku sambut brand-new day dengan penuh keceriaan, semangat, perjuangan dan perubahan. Hari pertama dimana memulai untuk mencapai kesuksesan yang selalu dinantikan. Sebuah harapan yang masih bisa diperjuangkan akan segera hadir dalam kehidupan yang baru. Kemarin, mungkin tak seindah apa yang dibayangkan tetapi kemungkinan di hari esok akan lebih indah daripada sebelumnya. Kemungkinan itu terjadi apabila ada sebuah perubahan. Kini, perubahan itu akan muncul dengan sebuah perjuangan yang baru serta semangat baru pula. Dengan penuh harapan, sebuah mimpi akan tercapai dan menghasilkan yng memuaskan. Harapan itu bukanlah sekedar khayalan belaka, tetapi harapan itu akan menjadi kenyataan.
Berharap pada brand-new day ini, akan mendapatkan sentuhan-sentuhan yang membakar kembali semangat untuk meraih sukses dan membangun kepercayaan diri. Serta mendapatkan kembali gambaran-gambaran kesuksesan yang pernah terlintas dalam benak. Dengan kerja keras, tak ada yang tak mungkin.
Ketika memulai mata kuliah “Writing and Coposition 4”, suasana kelas menjadi tenang dan fokus. Perasaan senang, tegang, takut dan sebagainya menjadi satu dalam jiwa. Perasaan itu selalu terjadi sejak pertama kali bertemu, hingga persaan itu tidak pernah berubah sampai saat ini. Detik-detik perasaan itu telah berlalu dan berubah menjadi kebahagiaan bagi kelas PBI-D. Karena pada saat itu, Mr.Lala mengumumkan rangking kelas untuk mata kuliah “English Phonology”. Pada akhirnya, rangking 1 diraih oleh kelas PBI-D. Kita semua merasa senang, bahagia dan tak bisa ungkapkan dengan kata-kata. Karena perjuangan yang sungguh menguras tenaga serta otak ini, membuahkan hasil yang bagus san kita semua merasa bangga tentang hal itu. Semoga untuk selanjutnya akan tetap bertahan seperti ini. Perjuangan itu belum berakhir sampai disini, kemungkinan besar hal ini akan terus berlanjut hingga semester akhir.
Pembuatan class review ini bukanlah hl pertama kali, tetapi sudah berulang-ulang kali hingga menyatu dalam kehidupan perkuliahan ini. Tak ku sangka begitu banyak tulisan-tulisan yang telah mengukir sejarah, penuh cerita sedih, suka, duka, senang, gembira dan banyak hal lainnya. Materi demi materi telah ku lewati daan telah ku dapatkan beberapa ilmu dari Mr.Lala, inilah beberapa materi baru yang telah disampaikan oleh beliau, yaitu :

· Belajar bagaimana menulis dalam bahasa kedua adalah salah satu aspek yang paling menantang dari pembelajaran bahasa kedua ( Hyland 2003 ).
· Bahkan bagi mereka yang berbahasa Inggris sebagai bahasa pertama , kemampuan untuk menulis secara efektif adalah sesuatu yang membutuhkan exensive dan khusus instruksi
( Hyland 2003; Hyland 2004).

· Meneliti bagaimana teori-teori penulisan dan pengajaran menulis telah berevolusi,
· Sifat penulisan yang baik,
· Sifat teks dan genre dan bagaimana mereka mencerminkan penggunaannya dalam komunitas wacana tertentu,
· Hubungan antara menulis di pertama dan kedua bahasa,
· Bagaimana kurikulum dapat dikembangkan untuk kursus menulis,
· Pengembangan bahan ajar untuk kelas menulis,
· Penggunaan komputer dalam menulis instruksi,
· Dan pendekatan untuk umpan balik dan penilaian.

· Menulis melibatkan menyusun keterampilan dan pengetahuan tentang teks, konteks, dan pembaca.
· Seperti kerajinan apapun, menulis membaik dengan PRAKTEK
· Bahasa pertama Anda (L1) adalah dasar untuk bahasa kedua (L2)

· Language structures (struktur bahasa)
· Text functions (fungsi text)
· Themes or topics (tema atau topik)
· Creative expression (ekspresi kreatif)
· Composing processes (proses menulis)
· Content (isi)
· Genre and contexts of writing (gaya dan konteks penulisan)

Pada mata kuliah “Writing and Composition 4” terdapat perubahan yang benar-benra membuat cetar membahana. Karena tugas-tugas yang diberikan oleh Mr.Lala akan lebih ngerock serta lebih merespon buku-buku yang dipilih oleh beliau. Dalam writing ini, kta dituntut untuk membuat critical reviews dan argumentative essays, serta tugas tambahan membuat blog. Tujuannya agar tulisan-tulisan yang telah kita buat tidak akan hilang dan akan dilihat oleh publik. Tak hanya itu sja, tetapi juga untuk berinteraksi anatara dosen dengan mahasiswa, serta agar publik mengetahui bahwa IAIN SYEKH NURJAT CIREBON memiliki skill yang tinggi.
Tak lupa juga, tugas class review yang setiap minggunya kita tuliskan apa yang telah didapatkan pada mata kuliah “writing and composition 4”. Class reviewpun bertambah halaaman menjadi 5 hal. dan chapter review 5 hal. juga. Jadi, stiap minggu kita harus menulis 10 halaman dan tidak boleh kurang dari itu.

1. What is critical review?
Sebuah critical review adalah meringkas, mengevaluasi ide-ide dan informasi dalam
artikel. Ini mengungkapkan penulis pada (Anda) sudut pandang dengan mudah apa yang telah kita tahu tentang masalah dan apa yang diperoleh dari teks-teks terkait. Meninjau kritis berarti berpikir dengan hati-hati dan jelas dan mempertimbangkan baik kekuatan dan
kelemahan dalam materi laporan. Reviewing effectively efektif : Mempertanyakan informasi dalam teks dan menyajikan evaluasi atau penilaian. Effecient reviewing atau mengevaluasi membutuhkan kesadaran intinya (ide sentral). Terdapat beberapa pertanyaan yang diajukan ketika mulai menulis critical review, yaitu :
artikel. Ini mengungkapkan penulis pada (Anda) sudut pandang dengan mudah apa yang telah kita tahu tentang masalah dan apa yang diperoleh dari teks-teks terkait. Meninjau kritis berarti berpikir dengan hati-hati dan jelas dan mempertimbangkan baik kekuatan dan
kelemahan dalam materi laporan. Reviewing effectively efektif : Mempertanyakan informasi dalam teks dan menyajikan evaluasi atau penilaian. Effecient reviewing atau mengevaluasi membutuhkan kesadaran intinya (ide sentral). Terdapat beberapa pertanyaan yang diajukan ketika mulai menulis critical review, yaitu :
- Apa wilayah utama tinjauan diskusi ?
- Dimana data penulis dan bukti berasal?
- Apa isu-isu utama yang diangkat oleh penulis ?
- Apa interpretasi besar yang dibuat oleh penulis dalam hal masalah yang diangkat ?
- Apakah teks tersebut seimbang? adil? berprasangka ?
- Seberapa baik semua ini berhubungan dengan literatur lain tentang topik itu? pengalaman Anda sendiri ?
- Bagaimana Anda bisa merangkum semua poin di atas ?
2. The content of critical review
Berikut ini adalah struktur dari critical review, yaitu :
· Introduction
Mulai dengan membuka kalimat yang menyatakan penulis, judul dan memberikan penjelasan singkat topik teks. Pada akhir pendahuluan, pernyataan singkat tentang evaluasi
teks yang diberikan.
teks yang diberikan.
· Summary
Memberikan ringkasan dari poin utama dari artikel dan beberapa contoh. Sebuah singkat
penjelasan tentang tujuan penulis dan organisasi teks juga dapat ditambahkan.
penjelasan tentang tujuan penulis dan organisasi teks juga dapat ditambahkan.
· Main Body (critique)
Membahas dan mengevaluasi kekuatan, kelemahan dan fitur penting dari teks itu.
Diskusi harus didasarkan pada kriteria tertentu dan termasuk sumber-sumber lain untuk mendukungnya ( dengan referensi ).
Diskusi harus didasarkan pada kriteria tertentu dan termasuk sumber-sumber lain untuk mendukungnya ( dengan referensi ).
· Conclusion
Menyimpulkan review dengan penyajian kembali pendapat keseluruhan teks. Hal ini juga dapat termasuk rekomendasi dan beberapa penjelasan lebih lanjut tentang penghakiman untuk menunjukkan bahwa itu adil dan wajar.
Jadi, critical review adalah salah satu kunci untuk menumbuhkan dan menanamkan rasa semangat dan tergerak hati kita agar menyadari bahwa menulis juga sangat penting. Karena disinilah proses untuk menjadi penulis yang hebat, bukan hanya itu tetapi juga berpikir lebih kritis dan juga mempunyai referensi bukan hanya omong kosong saja atu asal berpendapat. Tujuan penulisan ini juga, menunjukkan bahwa kita memahami dan kita bisa mengembangkan keterampilan dalam meneliti, mengevaluasi informasi, pengorganisasian, berdebat, menganggapi argumen orang lain, menganalisis dan mengekspresikan diri dengan jelas secara tertulis dan bahsa inggris juga. Inilah brand-new day yang saya dapatkan untuk memulai tugas perkuliahan yang baru.
APPETIZER
APPETIZER
Etos Pendidikan Bangsa
Budaya membaca dan menulis adalah salah satu faktor yang menentukan perkembangan kebudayaan sebuah bangsa. Ada juga sebuah kata bijak yang menyatakan, ”Bangsa yang besar adalah bangsa penulis.
Sebagai salah satu faktor yang terpenting bagi perkembangan kebudayaan sebuah bangsa, serta kita harus menyadari terhadap kegiatan membaca dan menulis. Disamping itu, Dirjen Pendidikan Tinggi menyatakan bahwa wajar jika ia “jengkel” karena mayorita sarjana lulusan PT kita tidak bisa menulis. Bahkan para para dosennyapun mayoritas tidak bisa menulis. Hal ini, terbukti dalam wacana yang berjudu “(Bukan) Bangsa Penulis oleh Prof.chaedar mengatakan bahwa menurut Dirjen pada saat ini jumlah karya ilmiah dari perguruan tinggi Indonesia secara total masih rendah jika dibandingkan dengan Malaysia, yakni hanya sekitar sepertujuh.
Namun dalam hal itu, terjadi konflik pemaksaan dalam pembuatan jurnal. Bila ini dipaksakan, dipastikan bakal terjadi fenomena “asal terbit jurnal-jurnalan”. Seperti dikatakan Prof.Chaedar bahwa jurnal itu ajang silaturrahmi intelektual dan profesional bagi para peneliti atau dosen, agar ilmunya tetap terbarukan, dan tidak ketinggalan zaman.
Mewajibkan menulis artikel jurnal untuk kelulusan S1 dan S2 rasanya tidak tepat, pernyataan Prof.Chaedar. sebab akan menyebabkan pemupukan mahasiswa di akhir program. Yang realistis adalah mewajibkan para dosen setiap tahun menulis artikel atau buku teks. Sedangkan untuk mahasiswa akan lebih realistis bila mereka untuk kelulusannya mewajibkan menulis cerpen atau bahkan novel daripada menulis artikel jurnal. Karena itu, untuk menyiapkan ilmuwan dan meneliti yang produktif menulis, Prof.Chaedar meyarankan agar para siswa harus “dipaksa” jatuh cinta pada karya sastra. Hanya itulah salah satu cara agar siswa dan dosen menyadari akan pentingnya karya sastra.
Bahkan, dalam teks yang berjudul,”Powerful Writers Vs. Helpless Readers” dinyatakan dalam wacana tersebut oleh Prof.Chaedar bahwa pendidikan bahasa kita telah gagal untuk menegembangkan pembaca kritis. Padahal, sebagian besar lulusan PT di Indonesia telah belajar bahasa lokal, bahasa indonesia dan bahsa asing terutama bahasa inggris ditambah 4 tahun kuliah. Bagaimana bangsa Indonesia mengembangkan pembaca kritis sedangkan bangsa kita ini pada dasarnya bukan bangsa penulis, jadi cukup sulit untuk merubahnya bahkan kesalahan yang terjadi ada pada sistem kurikulum bangsa kita ini.
Sebagai buktinya dikatakan oleh Prof.Chaedar yaitu siswa tidak memiliki latar belakang pengetahuan yang sama atau ini hanya di luar kapasitas mereka sebagai pelajar baru. Sehingga yang terjadi adalah mereka kurang percaya diri,mereka menjauhkan diri dari penulis dengan menyerahkan diri menjadi keputusasaan, mereka berfikir seolah-olah mereka mereka tidak memiliki pengetahuan dan kapasitas untuk berinteraksi dengan penulis, dan mereka tidak bisa berkonsentrasi saat membaca, sehingga menyalahkan diri seolah-olah masalah membaca akibat dari kurangnya konsentrasi. Respon tersebut menunjukkan banyak hal, dengan garis bawah menjadi sifat fatalistik terhadap teks yang diciptakan oleh seorang penulis yang kuat. Disamping itu pula, pembaaca kritis mengembangkan kesadaran tentang bentuk. Isi dan konteks. Formulir mengacu pada simbol-simbol linguistik yang dipekerjakan oleh penulis, isi mengacu pada makna atau subtansi yang dibahas dan konteks mengacu pada lingkunagn sosial dan psikologis ketika tulisannya diproduksi. Semua masalah tersebut, ditanggapi oleh Prof.Chaerdar hanyalah mencerminkan bagaimana pendidikan bahasa yang terjadi di negara ini. Selain itu, terdapat permasalahan juga yang memicu terjadinya pelecehan intelektual. Hal ini disebabkan oleh beberapa fakror, yaitu :
· Pemegang PhD yang baru kembali dari luar negeri sering menggunakan buku teks favorit mereka yang terlalu canggih untuk mahasiswa, sehingga memperlakukannya seolah-olah mereka sudah kandidat doktor. Para siswa akhirnya kewalahan dengan bahan di luar zona mereka.
· Sistem pendidikan yang harus dirubah, bukan lagi membaca yang berorientasi tetapi membaca dan menulis berorietasi.
· Cara metode yang dipilih dosen harus sesuai dengan jenjangnya, serta dosen yang kuliah di luar negeri diterapkan pada mahasiswa Indonesia, sehingga yang terjadi dosen tersebut berfikir bahwa kualitas yang kita miliki rendah dan tidak selevel.
· Indonesia hanya mengandalkan result, sedngakan luar negeri melalui proses. Disinilah perbedaan yang cukup sulit untuk menyeimbangkan atau selevel dengan sistem luar negeri.
Permasalahan yang terjadi masih berlanjut, yang ditanggapi oleh CW Watson dalam wacana yang berjudul,”Learning and Teaching Process: More Abour Readers and Writers”. Watson mengungkapkan opini yang merujuk pada artikel Prof.Chaedar, bahwa sesuai pengalaman beliau dan Prof.Chaedar siswa menanggapi kesulitan dalam membaca teks akademis, baik tertulis yang awalnya dalam bahasa indonesia atau diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia atau disajikan dalam bahasa inggris. Serta terdapat bukti yang telah dianalisis hasil tesnya oleh mahasiswa indonesia yang disajikan oleh Dr.Imam Bagus dalam sebuah makalah diberikan pada sebuah konferensi di UPI, fakta menunjukkan bukti yang mengejutkan siswa tidak mampu mengidentifikasi tema utama dari potongan prosa indonesia langsung dalam pemeriksaan pilihan ganda. Terdapat alasan lain juga namun perlu kita perhatikan. Yang paling mendasar tempat bagi Watson bahwa silabus dan pemerksaan sistem, guru-guru disekolah dipaksa untuk mengikuti, hal ini akan berdampak merugikan perkembangan pemikiran krisis dan kompetensi bahasa.
Yang dikatakan oleh Prof.Chaedar cukup benar dengan meenyatakan bahwa anak-anak sekolah di Indonesia tidak dianjurkan untuk menulis. Mereka tidak perlu untuk ujian nasional, yang hanya mengharuskan mereka ujian dalam pilihan ganda. Dikatakan oleh beliau juga bahwa menulis itu memaksa penulis dengan kenyataan sendiri, tulisan membuat siswa lebih sadar dari tulisan orang lain yang mereka baca. Tujuannya untuk belajar tentang mengekspresikan emosi, ide-ide dan refleksi dan menciptakan gambar dan deskripsi melalui kata-kat pada halaman dalam komunikasi lisan. Tetapi sayangnya tidak menulis maupun membaca yang memberikan kepentingan kepada mereka yang layak dalam kurikulum saat ini untuk pelajaran bahasa indonesia. Prof.Chaedar menjelaskan niat untuk memberikan pengetahuan yang telah diperoleh para dosen ketika mereka mendapatkan PhDmereka di luar negeri, hanya untuk mengulang kepada mahasiswa dengan menggunakan buku-buku teks dosen yang dibawa dari Us atau australia atau UK. Hasilnya yang terjadi, siswa tidak bisa berbahasa inggris dengan lancar dan benar, apalagi menulis bahasa inggris dengan baik, karena mereka tidak diberi dorongan ke arah ini dan beberapa dosen mereka membaca, apakah mereka tertarik untuk membaca sastra. Dengan begitu, guru-guru VSO lain dan petugas bahasa Inggris British Council bekerja dengan Indonesia untuk merubah kurikulum. Dengan memperkenalkan kursus dalam terjemahan, sehingga kita bisa memeriksa apakah siswa-siswa tersebut benar-benar memahami apa yang mereka baca. Serta dalam terjemahan dari bahasa indonesia ke dalam bahasa inggris, mereka memeriksa kemampuan untuk menulis yang benar. Serta memperkenalkan kursus tentang drama dan mengambil siswa senior untuk melihat drama tersebut. Semua program dan kegiatan baru yang dirancang untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kompetensi siswa dalam menggunakan bahsa inggris.
Dari ketiga teks tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya bangsa kita bukan bangsa penulis, karena itu kita dipaksa untuk jatuh cinta pada karya sastra, inilah cara salah satunya untuk mengembangkan pendidkan bahasa di Indonesia. Disamping itu, seharusnya mahasiswa dibiasakan mereview, observasi dll. Hanya menyarankan mahasiswa bisa menulis bukan hanya jurnal saja, tetapi kita sudah bisa menjadi penulis yang baik. Karena media pencerdas bangsa ini bukan hanya jurnal saja, bisa dengan media yang lain. Serta kita juga menjadi pembaca yang kritis. Hal ini cukup sulit untuk merubahnya, dikarenakan telah gagal pendidikan bahasa dan sistem kurikulum yang salah, sehingga terjadilah permasalahan yang muncul, seperti pelecehan intelektual, kita dianggap tidak selevel dengan luar negeri dan juga ketidakcocokan dalam penerapan pengajaran di Indonesia.
Untuk itu, saya berpendapat tentang hal ini bahwa saya sependapat apa yang dikatakan oleh Prof.Chaedar karena beliau memaparkan alasan-alasan yang jelas, serta permasalahan yang terjadi di Indonesia ini dan alasan tersebuat mendukung mahasiswa akan sadarnya bangsa kita yang sangat memprihatinkan ini. Hal ini, menunjukkan bahwa literasi di negara kita sangat tertinggal jauh dengan negara lain, serta tingkat kualitas yang kita miliki sangat jauh berbeda. Sehingga bukan hanya sistem kurikulum, kurangnya minat membaca dan menulis saja yang tertinggal jauh tetapi juga teknologi yang semakin canggih juga di negara kita masih sangat jauh. Untuk mencapai selevel dengan kualitas di luar negeri cukuplah sulit untuk diterapkan untuk bangsa kita ini. Karena itu Prof.Chaedar menyarankan kita untuk “dipaksa” jatuh cinta pada karya sastra, serta kita dilatih agar kualitas menulis kita tidak dianggap rendah dengan negara lain dan mencegah terjadinya pelecehan intelektual. Agar hasil tersebut lebih matang, maka beliaupun mewajibkan mahasiswa membuat essay ataupun novel daripada membuat jurnal. Itulah yang terjdi di negara kita ini, saya selaku mahasiswa dan sebagai bangsa Indonesia sangat terkejut tentang hal itu, jadi saya sebagai mahasiswa harus menerapkan sistem tersebut agar bisa menyamakan kualitan dengan luar negeri, untuk mencapainya perlu latihan yang khusus dan membutuhkan waktu yang kemungkinan akan memakan waktu lebih lama. Jika orang luar bisa, kenapa tidak diterapkan untuk mahasiswa seluruh Indonesia ini, selama ada niat pasti akan ada jalan untuk menghantarkannya.


Subscribe to:
Post Comments (Atom)